Mohon tunggu...
Arbit Manika
Arbit Manika Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Desa dan Pro Demokrasi

Aktivis Desa dan Pro Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Penembakan Muslim di Selandia Baru, Buah dari Islam Radikal

17 Maret 2019   00:54 Diperbarui: 18 Maret 2019   14:23 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pembantaian Muslim yang sedang salat Jumat di Masjid di salah satu Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019), yang dilakukan oleh Brenton Tarrant warga  Australia, penganut garis keras dari ideologi mendiang politikus Sir Oswald Mosley dari Inggris, yang anti "Islam" dan anti "Imigran" adalah tragedi kemanusiaan yang patut dikecam oleh siapapun.

Brenton Tarrant warga  Australia, menggunakan senapan serbu, menembak  Jemaah yang sedang melakukan ibadah, salat jumat di  Masjid Al-Noor dan Mesjid Lin Wood Ave ota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019). Penembakan itu telah merenggut setidaknya 49 nyawa saat para jemaah sedang melakukan ibadah salat Jumat.

Aksi ini, menunjukkan adanya "stigma negatif" tentang Muslim, di sebagian belahan bumi ini, yang memandang muslim sebagai orang  yang berbahaya. Sisi ini pula menunjukkan begitu tidak berimbangnya pemberitaan media, tentang dunia Islam selama ini, sehingga membuat banyak orang, berasumsi bahwa Islam sebagai ajaran yang keliru, bahkan dianggap ajaran radikal. Tentu asumsi ini tidak berdiri sendiri, tapi dipicu oleh rangkaian peristiwa  yang membuat oang memberikan "stigma negatif",  pada Muslim dan Islam sebagai Agama.

Sebutlah kejadian pemboman Gedung  WTC Amerika,  tanggal 11 september 2001, yang disusul dengan serangkaian peledakan bom, di banyak negara yang dilakukan oleh kelompok "Islam radikal", termasuk Bom Bali, yang mengorbankan banyak warga Australia. Aksi-aksi brutal kelompok "Islam Radikal" ini  membuat sebagian non muslim, mengasumsikan Islam identik dengan radikalisme. Asumsi ini dapat dimaklumi pada satu sisi, tapi pandangan ini tidaklah benar, karena Islam sama sekali tidak mentolelir, apalagi mengajarkan untuk "membunuh"  orang lain.

Apa yang terjadi di Kota Christchurch, Selandia Baru pada hari jumat lalu, tentu menjadi luka yang amat dalam, bagi ummat muslim se-dunia, dan kejadian itu pantas dikutuk oleh siapapun, sebagai "kejahatan" kemanusiaan.

Tapi kejadian ini pula, selayaknya  menjadi bahan refleksi, bagi ummat Islam,  bahwa ada realitas, yang menunjukkan bahwa dalam Islam, ada aliran yang menafsirkan, secara dangkal ajaran Islam, menjadi sebuah doktrin untuk memusuhi orang lain, dan melakukan kekerasan, bahkan pelanggaran kemanusiaan, dengan alasan tertentu.

Penyebaran kelompok "Islam Radikal",  di belahan bumi menunjukkan perkembangan, yang mengkhawatirkan semua negara, termasuk Indonesia, karena itu pemerintah Indonesia membubarkan HTI yang dianggap mengancam keutuhan berbangsa, dan memiliki pemahaman yang berpotensi melahirkan pribadi muslim yang radikal.

Brenton Tarrant adalah korban sebuah doktrin "anti Islam", dan "anti migram" Islam, karena "stigma negatif"  tentang Islam, dan publikasi yang berlebihan atas aksi-aksi kelompok "Islam radikal" yang membuat orang ketakutan dan membenci Islam. 

Apa yang dilakukan oleh Brenton Tarrant, adalah "kejahatan kemanusiaan", termasuk yang mengajarkan doktrin "anti Islam" yang berlebihan ini.  Karena itu merubah "stigma negatif" tentang  Islam sebagai ajaran yang dianggap "Radikal",  pada sebagian non muslim,  dan menyadarkan kelompok "Islam radikal", harus menjadi tanggung jawab bersama setiap Muslim, karena faktanya kelompok ini berkembang dimana mana termasuk di Indonesia,  dan terus menyebar ketakutan dan bahkan telah melahirkan kebencian oleh sebagian non muslim.  

Penulis : Arbit Manika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun