Mohon tunggu...
bai arbai
bai arbai Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa MM-UGM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menilik Pendidikan Generasi Z

14 Desember 2012   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:39 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Tak kenal maka tak sayang”, peribahasa usang yang memiliki makna yang dalam. Pengetahuan guru tentang karakteristik anak setidaknya dapat membantu guru “menyanyangi” anak, karena hakekat dasar pendidikan mempunyai makna memelihara dan mengasuh anak. Maka sudah sewajarnya guru mengetahui karakteristik anak didiknya.

Sebagaimana kita ketahui para pakar membagi generasi pada beberapa kelompok generasi diantaranya : generasi Baby Boomers (lahir 1946-1964), generasi X (lahir 1965-1980) dan Y (lahir 1981-1995) dan terakhir Generasi Z. Generasi Z merupakan generasi terkini yang lahir sesudah tahun 1994 dan sebelum tahun 2010 atau ada yang berpendapat lahir antara 1994 dan 2004.Ciri yang dimiliki oleh anak-anak generasi Z di antaranya memiliki kemampuan tinggi dalam mengakses dan mengakomodasi informasi sehingga mereka mendapatkan kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya.

Beberapa ahli menamakan generasi Z sebagai generasi digital, ada pula yang memberikan terminologi lain, seperti net generation, naturally gadget generation, platinum generation, dan silent generation.

Generasi Z inilahanak-anak yang akan kita “panen” pada tahun 2030an mendatang, dimana menurut ramalan McKinsey, bahwa pada tahun itu Indonesia akan menempati posisi ke-7 ekonomi dunia, mengalahkan Jerman dan Inggris. Mereka pada saat ini berada di bangku-bangku sekolah. Pertanyaannya kemudian adalah, proses pembelajaran yang bagaimanakah yang cocok untuk generasi Z ini? Dan upaya-upaya apa yang harus dilakukan orangtua dan guru agar anak generasi Z bisa mendapatkan pembelajaran yang tepat dalam menyiapkan era kepemimpinan mereka pada 18 tahun mendatang ?

Mendampingi anak-anak generasi Z ini belajar akan menjadi sebuah hal yang sulit jika kita masih menerapkan metode pendidikan masa lalu, yang lebih menekankan anak untuk duduk diam dengan manis dimejanya, mendengarkan gurunya, menghabiskan waktu di balik gedung-gedung perpustakaan, dan juga merangkum atau menuliskan tumpukan PR-PR di dalam buku tulisnya.

Kita harus meninggalkan cara lama agar kita sukses menghadapi masa depan. Inovasi didalam mengajar anak-anak generasi Z ini mutlak diperlukan, metode penyampaian materi, media pembelajaran yang digunakan dan bahkan sikap dan perlakuan secara psikologis terhadap murid juga harus disesuaikan dengan karakteristik mereka.

Pendekatan dalam pembelajaran yang berbeda diperlukan. Disamping itu juga adanya perlakuan khusus terhadap mereka. Mereka mempunyaikonsep berpikir yang berbeda. Lingkungan yang mereka dapati bukan hanya pada alam nyata, akan tetapi juga alam maya. Mereka bersosialisasi secara virtual dan nyata, mereka menggali dan mendapatkan informasi dengan cepat dan aktual. Dan mereka dengan sangat senang mengambil semua yang mereka anggap menyenangkan ke dalam kehidupan mereka.

Keseimbangan

Disinilah peran guru dan orangtua menjadi sangat penting, untuk menjaga keseimbangan pengetahuan, sikap dan perasaan agar anak generasi Z tidak hanya mampu memahami bahwa kehidupan bukan hanya pada alam maya saja. Melainkan adanya alam nyata yang realitasnya menuntut suatu kerjasama dan saling menghargai.

Fungsi sosial akan berjalan apabila adanya keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional dan juga spiritual. Membiasakan anak-anak untuk berbaur dalam kebersamaan dengan keluarga merupakan suatu upaya yang bisa dilakukan untuk mencengah anak-anak generasi Z ini pada arah berpikir individualis. Karena mereka sering lalai dan terlalu asyik mengunakan peralatan gadget atau teknologi informasi lainya. Oleh karena guru harus menciptakan suasana yang hangat ketika di dalam kelas sehingga anak menjadi pribadi yang peduli, dan senang bersosialisasi dengan orang lain.Pengajaran dikelas harus relevan dengan realitas. Artinya guru harus bisa menjadi jembatan pengetahuan yang akurat dan berguna bagi anak didiknya kedepan.

Kehadiran portal-portal pendidikan, pembelajaran berbasis IT, konten-konten pada handphone yang semakin marak bermunculan, membuat interaksi dan akses pendidikan dapat dilakukan dengan mudah antara guru dan muridnya. Disini peran guru dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi menjadi sangat penting dan mendesak untuk memberikan layanan yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anak-anak generasi Z ini. Dengan tampilan yang menarik dan ada kesan gaulnya diharapkan dapat mendorong minat belajar generasi Z ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun