Mohon tunggu...
Arbaati Amaliyah
Arbaati Amaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan IPS UNJ
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🎓 𝘚𝘵𝘢𝘵𝘦 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘪𝘵𝘺 𝘖𝘧 𝘑𝘢𝘬𝘢𝘳𝘵𝘢 d'Next Educators

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Golongan sebagai Kekuatan Sejarah

25 Agustus 2021   22:48 Diperbarui: 25 Agustus 2021   23:25 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar sumber historica

Kata "golongan" dipakai untuk menggantikan social class yang banyak dipersangkakan orang sebagai milik khas kaum Marxis. Padahal, kata golongan adalah konsep umum yang banyak dipakai dalam sosiologi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa golongan sebagai kekuatan sejarah adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan nasib atau persamaan kelas sosial seseorang.

Sebagai contoh para Pegawai di kota Surakarta, baik dari keraton maupun kerajaan, yang disebut sebagai priyayi sekitar tahun 1900an bergabung dalam perkumpulan Abipraya. Para perkumpulan priyayi semacam ini juga terdapat di kota kota lain. Sementara itu, munculnya gerakan BU (Budi Utomo) adalah cerminan dari kebangkitan golongan terpelajar pribumi. Di hampir semua daerah, orang orang terpelajar menjadi sponsor, pendukung, dan juga anggota. Di kota Surakarta, banyak abdi dalem kerajaan menjadi anggota BU. 

Koran BU, Darmo Kondo, dilanggan para pegawai. Bahkan para pedagang yang pandai baca dan tulis, sebagai golongan intelektual waktu itu juga menjadi anggota gerakan BU dan pembaca Darmo Konda. Orang orang Islam dari Laweyan dan Kauman juga banyak yang menjadi anggota BU. Kemudian para wong cilik membentuk Sarekat Islam yang dipelopori oleh para pedagang.

Para golongan buruh dan tani yang juga muncul pada waktu yang hampir bersamaan banyak diperebutkan partai partai politik. Dalam sejarah revolusi, kaum buruh hampir di semua tempat dan pekerjaan mereka mendirikan angkatan angkatan muda.

Golongan pemuda, mahasiswa, dan kaum pelajar sangat berperan dalam transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, untuk beberapa lama "monoloyalitas" yang berupa kesetiaan tunggal pada Golkar diterapkan untuk para pegawai negeri. Sementara itu, golongan petani dan buruh juga ada organisasinya, banyak diantaranya yang secara praktis dikooptasi oleh pemerintah untuk menghindari perpecahan antar golongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun