Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah idealisme
Satu persatu, kawan-kawan mahasiswa sesama aktivis, kehilangan jiwa idealismenya. Idealisme memang langka dan sedikit orang yang bertahan dalam idealisme, karena akan ada pengorbanan yang besar untuk mempertahankan dan memperjuangkan idealisme.
Idealisme dan Realisme
Idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu yang bersangkutan, dengan bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir.
Banyak pemimpin besar dunia maupun para tokoh agama, yang penuh dengan idealisme-idealismenya, walaupun kadang hal itu menjadi faktor utama berakhirnya hidup mereka.
Sedangkan realisme adalah suatu sikap/pola pikir yang mengikuti arus. Individu yang realistis cenderung bersikap mengikuti lingkungannya, dengan mengabaikan beberapa/ semua nilai kebenaran yang Ia yakini. Sama dengan idealisme, realisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa dan pikiran seseorang.
Idealisme tidak bisa berdiri sendiri, namun berjalan beriringan dengan realisme. Idealisme bergabung dengan realisme adalah optimisme! Namun idealisme tanpa realisme hanyalah omong kosong dan mimpi belaka, sama halnya dengan realisme tanpa idealisme.
Namun dalam hal ini, idealisme adalah yang menjadi pondasi utama. Sedangkan realisme hanya faktor pendukung terwujudnya tujuan idealisme.
Dari sekian banyak manusia dimuka bumi, terdapat segelintir orang yang idealis. Mereka adalah orang-orang yang biasanya berpendapat ‘berbeda’ dengan orang sekitarnya, memiliki konsep diri yang berbeda, hingga cara yang berbeda dalam menanggapi setiap langkah kehidupan, sehingga terkadang seorang idealisme diasingkan oleh lingkungannya, tapi itu tidak menjadi masalah dalam melangkah tegak kedepan, seperti kata Soe Hok Gie, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikkan”.