Laporan data yang sampai pada kepala daerah maupun provinsi, bisa saja tidak sesuai dengan kenyataannya.
Sebelumnya, melalui Siaran Pers Humas Pemprov Kalimantan Selatan (Kalsel), mengabarkan Penjabat Gubernu Kalsel, Dr Safrizal ZA Msi, melakukan pencanangan gerakan Sejuta Masker Jilid II dan Aplikasi RT Cegah Covid-19 di Kabupaten Tabalong, pada Jumat pagi, 19 Maret 2021.
Serta menyerahkan penghargaan kepada sejumlah pihak, yang membantu penanganan pencegahan Covid-19 di daerah, dan mengapresiasi upaya Pemkab Tabalong dalam upaya pencegahan virus ini, yang berhasil menjadi daerah terendah kasus Covid-19 di Kalsel. Sehingga akan diusulkan menjadi salah satu daerah terbaik nasional.
Safrizal juga mengatakan, kombinasi dari kedisplinan warga menggunakan masker berkualitas, disiplin menjalankan Protokol Kesehatan (Prokes) yang baik, dan praktik 3T (Tracing, Testing, Treatment) di Kalsel menjadi kunci efektivitas menekan penularan Covid-19. Ia meminta agar Prokes dan 3T tersebut untuk segera ditingkatkan.
Sementara itu, Bupati Tabalong, Anang Syakhfiani mengatakan, pencanangan dilakukan karena pihaknya yakin pemakaian masker dan penegakan yustisi protokol kesehatan, efektif menekan kasus penyebaran Covid-19.
Benarkah Tabalong berhasil menjadi daerah terendah kasus Covid-19 di Kalsel, atau itu sekedar data di atas kertas saja?
Pada Minggu, 11 April 2021, dalam chat grup whatsapp keluarga penulis, ada kerabat di Kecamatan Tanjung  yang berinisial SY, menceritakan bahwa kesehatannya sudah membaik dan mungkin dalam 3 hari ke depan sudah boleh pulang ke rumah.
SY menuturkan, pada 25 Maret 2021, ia pulang berobat dari salah satu klinik di Banjarmasin. Ia pulang ke Tanjung menggunakan taksi travel, dan penumpang dalam taksi hanya ada SY dengan supir. Lalu pada 26 Maret 2021, kesehatannya memburuk dan sulit bernapas. Suami SY kemudian membawanya Rumah Sakit. Ia dinyatakan positif Covid-19 dan dirawat serta diisolasi di RSUD H. Badaruddin Kasim.
Penulis bertanya padanya, "apakah sudah ada Tracing dari Satgas Covid-19?"
Ia jawab, "belum ada."
Kerabat lain berkata, "basunyian haja jangan dilaporkan, maulah hati urang hara (diam-diam saja jangan dilaporkan, nanti membuat orang cemas)."