Mereka tidak lagi mengontrak, tetapi memiliki sebuah panti asuhan yang mereka dirikan secara kokoh berkat adanya kejasama dari berbagai pihak. Tetapi perjuangan mereka tidak berakhir sampai disitu saja, masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi seperti makanan, pakaian, peralatan sekolah dan lainnya untuk kepenuhan anak.
Pertama berdirinya PA Ashabul Kahfi, diisi jumlah anak sekitar 20 orang, sekarang hanya sekitar 10 orang saja, karena sebagian sudah mandiri dan tidak tinggal dipanti lagi. Ada sebagian anak yang sudah sukses menjadi tentara, pengusaha, swasta, pegawai negeri, dan lain-lain. Tapi ada juga yang bekerja serabutan.
Fasilitas yang tersedia di PA Ashabul Kahfi untuk 10 orang anak tersebut, yaitu 2 kamar tidur 2, masing-masing ruangan ditempati oleh 5 orang. Anak-anak panti ada yang berasal dari Kandangan, Marabahan, dan Banjarbaru.
Meskipun mereka tidur berbagi kamar, hal itu tidak membuat mereka mengeluh, karena dihiasi dengan keceriaan dan senda gurau terhadap sesama teman. Pendidikan yang saat ini mereka jalani, ada yang di SD, SMP, SMK.
Tetapi terkait masalah biaya untuk anak yang bersekolah di tingkat SLTA, terpaksa harus dibiayai sendiri oleh pengurus panti asuhan Ashhabul Kahfi, karena hanya ada sedikit keringanan saja dari pihak sekolah terkait biaya uang sekolah, mereka tidak terlalu membedakan antara siswanya yang mampu dengan kurang mampu.
Fasilitas di panti ini cukup sederhana, namun masih memerlukan banyak bantuan berupa kasur, alat sekolah, pakaian, dana ,dan lain-lain yang dibutuhkan.
Kenakalan adalah adalah sesuatu yang wajar bagi anak-anak, selama tidak berlebihan dan masih dalam pengawasan, kondisi seperti ini lah yang mewarnai kehidupan anak-anak PA Ashabul Kahfi. Bakat anak panti nya pun beragam, sebagian besar dibidang olahraga karena mereka semuanya laki-laki.
PA Ashabul Kahfi dulunya mempunyai suatu usaha sendiri, yaitu memanfaatkan sisa lahan yang ada di halaman mereka untuk dijadikan tambak ikan. Namun ada segelintir orang yang mengambil keuntungan dari adanya tambak ikan tersebut, dengan memancing secara diam-diam tanpa sepengetahuan pengurus panti, sehingga ikan-ikan yang diternakan disitu habis.
Tidak hanya mencoba usaha tambak ikan, pengurus panti juga pernah mencoba merintis usaha beternak ayam, akan tetapi tidak berhasil dengan baik. Meskipun terhalang banyak kendala, hal itu tidak membuat pengurus panti berkecil hati tentang prospek masa depan anak-anak pantinya, mereka tetap berusaha dengan semangat untuk mengembangkan anak-anak, dan mendidik mereka menjadi manusia yang lebih baik.
* Penulis, Mahasiswi FKIP Prodi PLB UNLAM dan Peserta Pelatihan Menulis di LanSa ABK.
https://www.facebook.com/araska.araskata/media_set?set=a.1171383199580398.1669060610&type=3