Bulan Ramadhan, salah satu bulan keutamaan bagi umat Muslim. Di bulan ini, umat Muslim menjalankan ibadah yang merupakan salah satu rukun Islam, yaitu puasa. Banyak keutamaan di bulan ini. Termasuk diantaranya adalah dilipatkannya pahala sebagaimana diriwayatkan dalam hadis sebagai berikut:
"Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya): satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat." Allah berfirman,"Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR. Muslim)
Tidak hanya puasa, ibadah ritual yang sifatnya adalah sunnah (tidak wajib) pun ramai-ramai dilakukan oleh umat Muslim. Dua ibadah sunnah yang utamanya dilakukan umat Muslim ini adalah Sholat Tarawih dan Tadarus Al-Qur’an.
-----------------
Kedua ibadah sunnah tersebut seandainya dilakukan sebagaimana mestinya, penuh keikhlasan dan kekhusukan tentu akan mendapat pahala yang berlipat dari Allah. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak Muslim yang melakukan dua ibadah tersebut dengan kesan tergesa-gesa atau hanya kejar target semata.
Ketika sebagian umat Muslim tengah menjalankan ibadah Solat Tarawih misalnya, banyak dijumpai umat Muslim yang kelihatan begitu ingin cepat-cepat menyelesaikan ibadah tersebut. Sholat Tarawih yang sebenarnya merupakan sholat santai, justru dilakukan dengan sangat tergesa-gesa. Imam membaca dengan bacaan yang teramat cepat, makmumnya pun menghendaki demikian. Tak ayal, terkadang dijumpai pengucapan makhraj maupun tajwid dari imam yang keliru. Bahkan, saking cepat-cepatnya, sangat mungkin sekali ada imam yang mengorupsi kata pada ayat-ayat tertentu. Makhraj dan tajwid yang keliru tentu akan mengurangi nilai ibadah itu sendiri, apalagi sampai mengorupsi ayat-ayat Al-Qur’an.
Situasi yang sama juga sering terjadi saat umat Muslim melakukan tadarus. Barangkali, karena memang ada anjuran untuk meng-khatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan, umat Islam menjadi terlalu bersemangat untuk melakukan tadarus. Semangat ini tentu tidak salah, tapi yang membuatnya menjadi seolah kehilangan esensi adalah niat cepat-cepat dan kejar target khatam Al-Qur’an hingga beberapa kali.
Tadarus berasal dari asal kata darasa yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran. Dengan tambahan huruf ta’ di depannya, maknanya menjadi saling belajar, atau mempelajari secara lebih mendalam.
Beberapa kegiatan tadarus yang dilakukan umat Muslim, banyak diantaranya yang keluar dari esensi “belajar” sebagai mana asalnya. Tadarus sering dijadikan ajang untuk mengejar target khatam, yang secara langsung menyampingkan makna belajar di dalamnya. Tadarus menjadi hanya sekadar membaca cepat tanpa mengetahui isi dan kandungan yang dibaca. Dan sebagaimana saat Sholat Tarawih, ketika seseorang membaca dengan cepat sangat mungkin dijumpai pengucapan makhraj serta tajwid yang keliru.
Bagi mereka yang sudah biasa mengkaji Al-Qur’an barangkali ini tidak begitu menjadi masalah. Mereka ini sudah banyak mengetahui dan memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Tapi bagi mereka yang tidak terbiasa, yang hanya mampu membaca tapi tidak mengerti arti dan kandungan ayat-ayat yang dibacanya itu, esensi tadarus untuk belajar dan mengkaji Al-Qur’an menjadi seakan tergerus. Apalagi, sebagian besar umat Muslim di Indonesia kurang mengerti tentang bahasa Arab yang menjadi bahasa Al-Qur’an. Jadi jangankan kandungannya, arti dan maknanya pun banyak diantara mereka yang tidak tahu. Tapi anehnya, sebagian dari mereka acuh saja dengan kenyataan ini. Tadarus jalan terus, yang penting khatam beberapa kali, dan mendapat pahala berkali-kali lipat. Barangkali begitu cara pandang mereka.