Sebagai makhluk sosial, seringkali kita dikelompokkan dalam sebuah tim untuk mengurus sebuah event. Saat anak di TK,terlibatlah dalam kelompok ibu-ibu sebagai penyelenggara kegiatan perpisahan sekolah, ketika anak di SD terlibatlah dalam naungan bernama Komite Sekolah. Apa sebenarnya yang membuat kita bisa terjun ke dunia baru. Adakah niat, atau sebuah kebetulan.
Bagi saya, saya tidak pernah berniat untuk masuk dalam kelompok yang oleh sekolah anak kita tentu dianggap sebagai salah satu prioritas. Saya menjalankan peran sebagai teman anak saya, sekalipun masih di TK, maka saya ajak ia bersahabat dengan saya. Sebagai sahabat tentunya, saya memilih sekolah yang bisa menjadi sahabat bagi anak saya.Seandainya sekolah menjadi sahabat saya, tentu dengan sungguh-sungguh dari lubuk hati, saya menjalin komunikasi sebaik-baiknya dengan sekolah anak saya. Jika ada hal-hal yang tidak selaras dengan pikiran saya, saya komunikasikan dengan sekolah dengan benar-benar menjaga kendali emosi. Ketika anak saya yang nomor tiga di TK,pernah kejadian, dia muntah karena masuk angin tetapi dari pihak sekolah tidak ada satupun yang tahu. Pada saat saya jemput, anak saya sedang jongkok di pintu gerbang, wajahnya pucat menambah rasa prihatin karena badannya memang kurus, benar-benar tampak seperti kurang gizi, di dadanya tangannya memeluk erat jaketnya. Saya peluk, dan saya dengarkan baik-baik penjelasannya yang polos dengan bahasa kanak-kanaknya, yups, di jaketnya penuh muntahan, ia minta maaf. Saya katakan,” hebat sekali anak Ibu, kreatif lagi.” Ibu-ibu yang lain yang ikut nguping lebih heboh dibanding saya. Bukan saya tidak punya rasa kecewa, saya kecewa tetapi apakah saya harus marah? Saya mencoba bertahan di titik stabil, gak pake marah. Saya tanya, “Ari, kenapa gak bilang ke bu guru?” Anak saya diam saja. Ah, kasihan.. sudah sakit kok malah ditanya-tanya. Baik, saya pun menemui bu gurunya untuk minta minyak kayu putih sekaligus jelas, sebagai sahabat anak saya, bu guru pun harus tahu.
Menjalin komunikasi dengan sekolah itu penting, terbuka, agar tetap serasa, setujuan dengan hakekat tujuan pendidikan anak. Bisa jadi itulah mengapa, saya yang tidak berniat sama sekali masuk kepengurusan komite sekolah, justru ditunjuk sekolah untuk terlibat. Di TK berulangkali bergabung di sana, tentu dipimpin oleh orang yang berbeda. Beda rumput, beda ilalang. Banyak belajar, beradaptasi sesemestinya untuk tetap ada toleransi dalam komunitas kerja bakti seperti itu.Tetapi dari berulangkali itu, benar-benar selalu saja ada teman yang susah menyesuaikan diri dan akhirnya hengkang. Saya mungkin di olok-olok, “ah, mau-maunya ikut nimbrung di situ, buat gaya-gayaan doang” Hahaha... silakan saja, sah-sah saja berpendapat seperti itu. Saya juga tak perlu mempelajari apa motivasi teman-teman di balik kontribusinya di komite sekolah. Rugi sekali memikirkan hal-hal seperti itu, saya sendiri sedang disibukkan dengan bagaimana caranya agar saya sukses menjaga hati untuk bisa stabil dalam posisi tidak marah ketika suami atau anak-anak saya, yang menurut saya melakukan kesalahan atau melakukan hal yang nadanya berbeda dengan saya. *hiks, kalo sama si ayank atau anak-anak di rumah kenapa bebas berekspresi ya... mau marah kok ya ringan amat*
Dan begitu anak saya di SD pun, saya dilibatkan di sana. Hanya rasa tanggung jawab sudah dibebani amanat, apakah kita akan menyia-nyiakannya. Selama diniati dengan hati, Allah membuka pintunya lebar-lebar untuk menjadikan kita seperti apa yang kita mau. Dan betul, Allah telah menyiapkan orang-orang untuk dijadikan teman kita, yang sama-sama hati lebih dikedepankan dalam memulai langkah. Tak perlu pengakuan, jika hati ikhlas maka ketenangan jiwa itu digenggam. Seperti pula, saya niatkan hati dan diri saya untuk menjadi Ibu yang bijak , sahabat anak-anak saya yang empat orang itu, pengawal mereka dalam meraih mimpinya, mudah-mudahan semua sifat tercela saya bisa terkikis. Sungguh tak jarang, menjaga emosi di rumah jauh lebih sulit dibanding menjaga emosi di lingkungan luar rumah.
En A Er
05/03/2013
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI