Mohon tunggu...
Dia Ramayana
Dia Ramayana Mohon Tunggu... Lainnya - Harapan mesti disertai amal. Jika tidak, ia hanyalah angan-angan.

sang pembelajar dari Gang Sawah, Asahan, Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Full Day School?

12 Agustus 2016   08:14 Diperbarui: 12 Agustus 2016   09:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menggagas sistem "full day school" untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta. Alasannya agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja (tutur Mendikbud di kompas.com pada 08 agustus 2016). Mungkin ya, baik juga jika di buat anak-anak untuk berada seharian di sekolah. 

Akan tetapi sudahkan dibenahi terlebih dahulu sarana-prasarana, fasilitas, SDM, manajemen sekolah kita secara merata. Apabila saya melihat untuk daerah Kota hal ini bisa di katakan bolehlah Full day school, tapi bagaimana dengan di daerah yang pelosok, dimana inprastruktur aja tak kunjung beres. Masih banyak sekali lo pak kab,kec, desa, di negara kita ini yang belum sama fasilitasnya seperti di kota besar. 

Saya teringat zaman saya SD dan SMP, dulu belum full day shool, akan tetapi saya membuat sendiri agar saya bisa seharian berada di lingkungan sekolah, itu dapat dilakukan karena saya memang hobinya ngobrol dan bermain di lingkungan sekolah. Akan tetapi kan tidak semua anak memiliki hobi yang sama, apakah hal ini harus kita paksakan, dengan style anak zaman sekarang yang super duper aktif dan mereka berani memberontak jika itu tak sesuai hati nurani mereka. 

Menurut saya hari ini itu, yang diperlukan anak bangsa kita yang merupakan generasi penerus mengisi kemerdekaan Indonesia adalah diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untuk mereka berinteraksi, meng-eksplor diri, me-mapping cita-cita, dll berikan mereka kepercayaan dalam melangkah perjalanannya, dan bagi kita pemerintah, para pendidik dan orang tua tugas kita mengawasi bukan untuk memerintahkan kepada anak-anak kita sifatnya. 

Saya percaya anak Indonesia sangat pintar-pintar, akan tetapi kita pemerintah, para pendidik dan orang tua tidak mengarahkan cara terbaik buat "mereka" bagaimana menuju kesuksesan itu, melainkan mengarahkan cara terbaik buat "kita", tentulah hal ini berlebihan. Dari itu coba di telaah baik-baik terlebih dahulu aturan/gagasan yang sudah di sosialisasikan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun