Banyak dari kita yang melakukan simplifikasi terkait kisruh sepakbola nasional. Ya maklum saja, semakin hari permasalahan yang ada bukannya makin terurai, tapi malah makin kusut. Saya memperhatikan adanya simplifikasi dari sebagian orang yang menganggap bahwa pandangan FIFA dan AFC mengenai kondisi PSSI saat ini adalah sama. Seolah-olah pendapat FIFA sama dengan pendapat AFC. Padahal sejatinya tidak demikian.
PSSI terafiliasi kepada dua federasi di atas. Sebagai satu dari ratusan anggotanya, keberadaan PSSI mungkin tidak terlalu signifikan bagi FIFA. Bagi FIFA, PSSI mungkin hanyalah pelengkap dan penggembira. Berbeda dengan AFC. Manuver Nurdin Halid, ketua PSSI sebelumnya, yang menjalin komunikasi intensif dengan AFC membuahkan perhatian begitu besar dari AFC kepada PSSI.
Tidak ada ceritanya kisruh perebutan kekuasaan di satu organisasi federasi sepakbola negara di dunia ini yang dibiarkan begitu saja oleh FIFA. Begitu pula dengan PSSI. Berkali-kali FIFA hampir memvonis PSSI, namun selalu ada tangan yang menahan.
AFC-lah yang selama ini menyelamatkan bokong PSSI. AFC selama ini selalu berusaha menjauhkan sanksi bagi PSSI. Seolah AFC berkata kepada FIFA, ”I’ll handle this sh*t. Just stay cool, okay.”
Dengan jaminan AFC itulah, FIFA melunak. Garansi AFC membuat palu FIFA tak pernah menggedor meja. FIFA kemudian memilih menutup mata dan menyerahkan penanganan kepada AFC.
Dengan segala upaya, AFC berusaha masuk ke akar masalah PSSI. Bahkan Wakil Presiden AFC, Prince Abdullah, sampai turun tangan langsung memimpin Task Force. Kenyataan di lapangan ternyata tidak semulus kertas printer kantor AFC. Kesepakatan di atas kertas sulit menemukan bentuknya ketika diimplementasikan.
Ide melokalkan masalah ke dalam Joint Committee ternyata tidak mulus. Kedua kubu masih saling serang di luar forum yang dibentuk. Bukannya menyempit, pertikaian justru makin melebar.
Dengan perkembangan seperti ini, tentu kemudian muncul pertanyaan, "sampai kapan AFC bisa membendung tangan FIFA ke masalah ini?"
Konon, 10 Desember 2012 adalah batas akhir bagi PSSI. Sepp Blater, sang presiden FIFA, pun sudah mengungkapkan kemuakannya kepada Ketua KOI, Rita Subowo. Task force dan Joint Committee adalah bumper terakhir bagi PSSI untuk terhindar dari jurang skorsing FIFA.
Tik tok tik tok. Waktu semakin dekat. Apapun yang kedua pihak perjuangkan, pada akhirnya akan menjadi antiklimaks ketika hasilnya adalah suspend. Kalah jadi abu, menang jadi arang. AFC mungkin akan selalu mendukung PSSI, namun dari sejarah, fatwa FIFA akan selalu lebih mengikat.
Catatan:
1.PSSI merujuk pada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
2.Harap maklum kalau tidak bisa terlalu aktif di kolom komentar. Lagi sibuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H