Mohon tunggu...
arancxa mathilda
arancxa mathilda Mohon Tunggu... Freelancer - Artikel

Gadis ini menaruh minatnya pada membaca. Kecintaannya pada musim gugur dan Jepang ini membuatnya memiliki pengalaman baru yang menyenangkan dan tak terlupakan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

:')

7 September 2013   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:13 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia hidup sebatang kara.
Tidak ada yang peduli bahwa ia hendak mati atau hidup.
Juga begitu banyak yang membencinya. Begitu banyak yang menghina kelemahannya, mengolok-olok keterbatasannya, juga meludahi wajahnya. Bahkan Sang Surya pun enggan menatap matanya.
Tapi, ia tetap berdiri tegar. Menatap semua yang menghinanya tanpa membalas. Pancaran sinar berani dimatanya, menciptakan semangat untuk bertahan hidup sesulit apapun Nasib memukulnya, menginjaknya, dan mencekik lehernya.
Ia berbuat banyak kebaikan pada Hidup. Namun, Dunia terus saja menyakitinya, menghujam jantungnya, menggores nadinya. Tapi, ia tetap bertahan. Mengobati lukanya seorang diri. Memeluk Harapan dan Doa-doanya dalam hati.
Betapa berat beban yang harus ditanggungnya. Dan semua itu ia lakukan sendirian. Dengan gagah berani, dengan ketulusan, dan kemantapan hati, ia tetap memandang indah Dunia.
Biarkanlah ia melepas bebannya sebentar saja. Izinkan ia tertidur sejenak, dengan berselimutkan Angin Malam, juga pelukan menenangkan Dewi Purnama. Biarkan para Peri Bintang menghiburnya dengan menyanyikan lagu indah. Agar ia bisa melalui harinya dengan bahagia. Agar bebannya tak terlalu berat untuk dijalani. Agar luka hatinya terobati. Bisakah itu terjadi?
Mungkin, Sang Malam yang Mulia akan mengabulkannya. Menghiburnya barang sedetik untuk membuatnya terkuatkan. Karena, ia hanyalah seekor anak kelinci yang tersesat. Ia hanya tak dapat menemukan jalan pulang. Dan ia masih terlalu muda untuk merasakan perbuatan Takdir yang semena-mena.
Semangatlah, wahai Kelinci muda, semangatlah! Hidupmu jauh lebih berharga untuk merasa sedih karena perbuatan mereka. Kau mampu mengatasinya, kau bisa melewati setiap cobaan yang menantangmu, yang kadang membuatmu gentar.
Semoga saja, Dewi Fortuna akan selalu tersenyum padamu. Juga Ratu Kunang-kunang menunjukkan setitik terang ketika bisik Rerumputan mengecohmu.
Semoga beruntung, Kelinci Kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun