Pengalaman dan rasa nyeri masih terasa di kedua lutut. Melangkah dengan gontai, dengan jalan perlahan, melangkah tertatih-tatih keluar dari klinik rehabmedik. Sendiri menuju ke arah lobby, untuk keluar dari rumah-sakit, untuk pulang ke rumah. Kemudian memesan order ojek online.
Saya biasa memilih pulang dengan moda transportasi online. Ini adalah pilihan terbaik dan tercepat saat ini. Serta aman pula buat pundi-pundi di kantong, dan hatipun senang, ada teman ngobrol untuk bisa pulang ke rumah di senja sore ini.
Di kawasan Serpong Alam Sutra, dimana seperti biasanya, saat jam kantor tutup, dan para pekerja urban pada pulang ke tujuan masing-masing, jalanan sudah mengalami traffic jam, jalan padat merayap.
Paska operasi ACL, bedah di lutut. Setelah sepuluh hari istirahat di rumah, saya konsul ke dokter dan diwajibkan menjalani latihan berjalan melalui fisioterapi di klinik rehabmedik. Sekarang sudah diijinkan dapat berjalan tanpa alat bantu tongkat kaki empat, sekalipun masih terasa nyeri di kaki.
Lengang sekali. Â Angin malam yang bertiup lembut, menerpa dan menyegarkan wajahku yang terasa penat. Setelah menempuh perjalanan dengan jarak kurang lebih delapan kilometer yang melelahkan. Pulang menuju rumah di Kampung Pondok Aren.
Malam telah beranjak dengan cepat. Sebelum tidur dan sebelum lupa, saya harus kembali praktek ulang, melakukan sesi latihan yang dilakukan di rumah-sakit. Lagipula oleh terapis diwajibkan untuk latihan menerapkan gerakan-gerakan yang diberikan di klinik, dilakukan sendiri setiap hari di rumah.
***
Di heningnya malam yang sepi sembari berjalan, saya menerawang kembali ke waktu lebih tigapuluh tahun silam saya sudah bermukim disini. Saya melihat dan menyadari betapa banyaknya perubahan yang telah terjadi di lingkungan Kampung Pondok Aren ini.
Dalam ingatan muncul berseliweran banyak peristiwa dan kejadian yang datangnya silih berganti. Saya tersadar, ternyata sudah begitu banyak perobahan, dan yang terjadi. Peristiwa yang datang dan pergi, secara tak sadar dan luput dari ingatan, telah terlupakan.
Latihan berjalan yang tak disangka-sangka malam ini ternyata memungkinkan untuk dapat berjalan, dengan rasa nyeri yang masih tertahankan dan tanpa alat bantu sama sekali.
Tak terduga hal ini bagaikan terapy. Hal ini terjadi di malam hari yang semula tak direncanakan. Ternyata, latihan berjalan ini juga menjadi pendorong untuk daya ingat. Ingatan akan masa-masa lampau. Ingatan yang menimbulkan gairah. Gairah untuk ingin menuliskan semua itu.
Selaras dengan pendapat para pakar, dengan menulis dapat melawan lupa. Menulis dapat memberikan gairah. Gairah menulis itu juga dapat menyehatkan, fisik maupun mental. Jadilah hasilnya berdampak positif. Saya mulai merasakan terdorong hasrat untuk memulai menulis lagi.
Salam semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H