Mohon tunggu...
Tiara Indahputri Solihin
Tiara Indahputri Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Milenial dan Minat Sastra Digital

14 Mei 2022   08:54 Diperbarui: 22 Mei 2022   17:22 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sastra digital akan menambah keberanian dan rasa percaya diri milenial dalam menulis sehingga akan terwujud sastrawan-sastrawan yang baru dan mumpuni di masa depan. Sastra digital harus dinilai sebagai kemajuan yang akan melahirkan generasi baru dalam karya sastra.

Para milenial sebagai penulis baru bisa menunjukkan kemampuan menulisnya dan langsung berinteraksi dengan pembaca. Karena pembaca adalah kunci utama yang akan menilai karya-karya mereka. Dengan kata lain, sastra digital dapat mendorong suasana bersastra yang lebih demokratis. 

Artinya lebih mudah berkarya bagi penulis baru, dapat mengakses karya sastra dengan lebih mudah, dan dapat mendorong lebih banyak pilihan dalam bersastra. Sastra digital juga berguna dalam pembelajaran sastra bagi siswa atau mahasiswa. Selain itu dapat menumbuhkan minat baca terhadap karya sastra pada generasi milenial.

Namun ada sisi lain yang harus dicermati dari sastra digital ini.  Karena kebebasan dalam publikasinya maka banyak karya yang dinilai kurang beretika, bersifat anarkis atau provokasi, dan ada yang cenderung ke arah pornografi. Demikian juga dengan kelemahan tata bahasa atau tata kalimat dan ejaan yang buruk. Bahkan, mungkin alur cerita yang berantakan. Tentu karya ini belum bisa dikatakan sebagai karya sastra.

Kekuatan karya sastra digital diyakini akan semakin berkembang dan diminati pembaca manakala penulis mempunyai kemampuan berbahasa dan menulis yang kompeten. Karya sastra digital haruslah memakai bahasa yang baik, beretika, cerita yang bermutu, dan tidak anarkis. 

Bagaimanapun sastra digital adalah sebuah ruang yang bebas, siapapun bisa melakukan apa saja, tidak ada seleksi dan kurasi.  Namun penulis sastra digital harus beretika dan memberikan karya sastra yang bermutu bagi pembacanya. ****

Tiara Indahputri Solihin

Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Airlangga- Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun