Apakah itu stunting dan bagaimana bisa terjadi? Dalam bahasa Inggris, stunting diartikan pengerdilan, atau stunted yang diartikan kerdil. Stunting berdasarkan standar baku antropomteri WHO-NCHS ditandai dengan hasil pengukuran Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dari anak usia 0-15 tahun berada dibawah  minus 2 Standar Deviasi pada kelompok umurnya, sebutan status gizinya dinyatakan pendek dan sangat pendek. Dalam tinjauan komunitas disebut stunting. Ada proses alamiah yang membuat anak-anak ini menjadi kerdil (stunted).
Ada beberapa konsep yang digunakan untuk melakukan kajian alamiah terjadinya masalah gizi "stunting" di suatu daerah. Salah satu konsep yang gunakan adalah konsep epidemiologi gizi.
Konsep Epidemiologi Gizi untuk masalah gizi stunting, adalah melihat masalah gizi stunting dengan pendekatan kelompok pada populasi tertentu, yaitu kelompok balita dimana pengukuran stunting dilakukan dan pada fase kehidupan mereka jalani, setidaknya dalam fase 1000 Hari Pertama Kehidupannya.
Dengan memantau data-data stunting yang terjadi di Kabupaten Polewali Mandar selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2019-2021, atau selama 1000 hari kehidupan pertama anak balita. Dapat diketahui proses alamiah masalah gizinya yaitu stunting, dimulai sebelum terjadinya masalah gizinya muncul (prepatogenesis) sampai dengan fase-fase terjadi patogenesisnya.
Dari data ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) tahun 2020 memperlihatkan gambaran epidemiologi masalah gizi stunting.
Garfik  menunjukkan bahwa anak-anak balita dengan keadaan stunting berada pada situasi defisiensi zat-zat gizi. Grafik ini juga menunjukkan bahwa anak-anak balita Polewali Mandar dalam posisi normalpun masih berada dibawah distribusi normal dari anak-anak dengan tinggi badan marjinal. Keadaan ini memberikan gambaran masa depan anak-anak kabupaten Polewali Mandar, kalah bersaing diwilayah distribusi normal dalam aktifitas yang berhubungan dengan tinggi badan kelompok umurnya.
Di Kabupaten Polewali Manadar Provinsi Sulawesi Barat, ditemukan ada 21, 6% anak dengan status pendek dan sangat pendek, murni karena masalah tinggi badan, bila dikonfrmasi dengan perubahan berat badan (BB) ditemukan sebesar 11,3%, dan untuk mengetahui secara pasti, "Apakah anak-anak yang stunting benar-benar bermasalah dengan TB daripada BB?, ternyata hanya benar-benar bermasalah sebesar 3,4 %, masih dibawah 5% sebagai standar tidak bermasalah (bebes masalah) secara komunitas.
Namun demikian Insidensi kasus dari data ePPGBM tahun 2019 ditemukan kasus stunting usia 0-23 bulan sebesar 2478 kasus, Â dan ditahun 2021 muncul kasus baru 2394 kasus. Setiap harinya terjadi 6-7 kasus baru, kasus ini merupakan kasus bawaan anak-anak yang lahir dengan Panjang badan ketika lahir berada dibawah standar 50 cm. Mereka sudah mengalami kekurangan gizi mulai dari masa embrio dan masa janin dalam kandungan ibunya.
Berdasarkan pengukuran tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U,BB/TB), standar baku antropometri WHO-NCHS dapat disebutkan Proporsi BB/TB anak balita di Polewali Mandar masih dibawah 5%, dikategorikan bebas masalah gizi dan kesehatan komunitas dari perubahan sensitif berat badan karena penyakit, namun pada masa lalunya atau pada titik-titik tertentu pada masa pertumbuhan fisik dan perkembangan sel-sel jaringan tubuh antropometrinya, mengalami kekurangan asupan gizi dalam membangun tinggi badan potensialnya, sehingga mereka terlihat pendek dan sangat pendek berada di atas triggel level 20%, sebagai masalah berat secara komunitas.