Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Lomba PK] Bakso Babi Pak Abu

24 Januari 2017   13:13 Diperbarui: 24 Januari 2017   13:21 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang gadis berkalung salib merasa lapar setelah menemani ibunya berbelanja seharian. Dalam perjalanan pulang, keduanya mampir di sebuah warung bakso di salah satu sudut kota di pesisir selatan pulau Sumatera. Warung yang tak terlalu besar, namun cukup ramai. Hanya tersisa satu meja kecil yang terletak persis dekat etalase dan kompor tempat bakso diracik.

Sambil menunggu pesanan, si gadis asyik mengobrol dengan ibunya. Namun mendadak obrolan itu seketika berhenti, perhatian keduanya teralih ketika dandang besar di atas kompor dibuka seorang pelayan berjilbab pink. Bukan oleh kepulan asap putih yang terasa menghangatkan udara sekeliling, lebih kepada aroma yang menguar dari dalam dandang. 

Si gadis dan ibunya saling pandang. Biarpun sering bengek dan pilek, untuk urusan duit dan makanan enak, indera penciuman keduanya sungguh bisa diandalkan. Aroma itu..., tak lain dan tak bukan adalah aroma daging babi lezat nan terbitkan liur.

Jika aroma itu tercium saat pesta di gereja atau jamuan makan malam natal pastilah sangat menyenangkan, tapi menciumnya di tengah keramaian sebuah warung bakso biasa yang penuh pengunjung... itu teramat horor bahkan jika hanya sekadar dibayangkan. Lebih horor dari emak-emak naik motor matic yang nge-sen kiri dan belok ke kanan.

Si gadis akhirnya memberanikan diri bertanya pada Mbak pelayan, "Mbak yang punya warung ini?"

"Bukan, Mbak," jawab Si Pelayan. "Saya cuma kerja..."

"Boss-nya Cina ya, Mbak? Apa Batak? Kristen ya?" tebak Si gadis.

"Bukan... Muslim kok, Mbak... Kenapa memangnya?"

"Saya mau ketemu. Tolong bilangin dong, penting ..."

Singkat cerita, si gadis akhirnya bertemu sang Boss di bagian belakang warung. Pak Abu, nama si boss pemilik warung. Setelah berbasa-basi sejenak, sang gadis langsung mengarah pokok persoalan.

"Maaf sebelumnya, Pak. Mungkin omongan saya ini akan menyinggung Bapak. Tapi saya harus menyampaikan ini. Begini, Pak..., saya dan ibu saya ini orang kristen. Kebetulan cukup sering mengolah daging yang haram. Baik untuk dikonsumsi sendiri maupun kalau ada acara di gereja. Untuk yang tidak paham, mungkin ga tahu, Pak... Tapi kami sangat paham kalau daging yang haram itu punya bau yang sangat khas kalau direbus. Juga warna kaldu-nya akan sangat lain dengan kaldu sapi atau ayam... Apa perlu kita main ke lab-balai POM buat tes uji klinis, Pak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun