Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Dek, Kau Tahu Bedak Putih?"

11 Agustus 2012   21:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:55 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuntutan tugas dari kantor sekitar setahun lalu pernah memaksa saya "berkenalan" dengan pemakai narkoba. Dia dipanggil Acoy. Sampai sekarang saya tidak tahu nama aslinya. Acoy yang saya panggil Abang itu lebih tua beberapa tahun dari saya. Sekitar 25 atau 26 tahun mungkin.
Entah karena faktor apa, perkenalan yang penuh unsur 'pemaksaan' justru mendekatkan kami pada akhirnya. Kami sering ngobrol tentang apa saja. Tertawa, atau memaki siapa saja sesuka kami.  Well, sampai detik ini saya memang belum berhasil menghentikan Abang pakai barang jahanam itu. Hidup dia masih dikelilingi botol-botol bertuliskan vodka, jack daniel,dan kadang-kadang diselingi menghisap tembakau topos (istilah ganja di daerah kami).

Beberapa hari lalu saya berkesempatan pulang ke Bengkulu dan Abang ngajak ketemuan. Saya iya-kan karena kebetulan juga kangen pantai. Kami asyik ngobrol ngalor ngidul sambil duduk di pasir pantai Jakat yang memang tidak  jauh dari kostan Abang. Pantai sepi karena memang masih siang bolong.

"Dek, kau tau bedak putih?"tanya Abang tiba-tiba.

"Taulah. Bedakku putih, mereknya my baby," sahut saya tanpa berpikir. "Mukaku jerawatan kalau pakai bedak padat,Bang."

"Tolol kau," umpatnya. Tak lama kemudian, dia mengeluarkan bungkusan plastik seperti bungkus obat dari kantongnya. Hanya ukurannya kecil. Didalamnya ada bubuk seperti kapur yang ditumbuk.

"Ini bedak putih," ujarnya. "Putaw, PT, snow white,"

Saya tertegun seketika. Perasaan was-was mulai muncul. Oke, selama ini Abang memang tidak pernahmacam-macam dengan saya. Bahkan dia yang pertama marah saat saya ketahuan mencoba menghisap rokok untuk pertama kali. "Tomboy boleh, bandel boleh, nakal boleh. Tapi jangan bodoh jadi orang. Mau rusak badan kau kaya' abang?" katanya waktu itu.

Tapi sekarang? kok tiba-tiba menyodorkan putaw? narkoba kan?

Saya masih diam menunggu reaksi Abang selanjutnya.

"Kalau pakai ini, rasanya ngefly,Dek. Kalau kau sedih bisa langsung jadi senang lagi. Cepat," lanjutnya. " Kalau masih macam ini pakenya dihisap. Tapi ada juga yang disuntik,"

Lagi-lagi saya bengong. Melongo. Hah? Terus?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun