Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Palembang Pilihan

Kota Pempek dan Warloknya yang Kerap Bikin Keselek

27 Februari 2024   00:06 Diperbarui: 27 Februari 2024   00:07 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya saat menjadi guide (dokpri)

Sayangnya kejadian seperti itu bukan hanya satu dua kali saya alami. Pernah pula saya alami saat membawa teman yang lain berfoto di atas jembatan ampera, di Bukit Siguntang (sebelum direnovasi), juga di pelataran Monpera. Bahkan saya tidak bisa berjalan dengan santai di trotoar Jalan Sudirman, padahal sudah tertata rapi. Selalu saja was-was, takut diikuti atau iseng diganggu warlok yang sepertinya sangat kurang kerjaan itu.

Kejadian tidak mengenakkan itu kerap membuat teman-teman saya kapok menginjakkan kaki kembali ke Bumi Sriwijaya. Bukan karena tidak menikmati, namun lebih karena takut setengah mati. Dibanding kota yang saya tempati sekarang, Bandung, Palembang jadi benar-benar terasa seperti uji nyali. Di Bandung saya masih berani berkeliaran sendiri di Braga atau seputaran Jalan Asia Afrika hingga larut malam. Hal yang tidak akan pernah saya lakukan di jembatan Ampera.

Harapan untuk Palembang

Saya paham apa yang saya ceritakan di atas hanyalah ulah sebagian warlok. Tidak semua warga Palembang berulah demikian. Namun karena masih sering terjadi bahkan sampai sekarang, membuat saya susah untuk berpikir positif. Apakah keberadaan para preman dan pengamen jadi-jadiaan ini malah sebenarnya dipelihara?

Saya tidak mengharapkan warlok Palembang menjadi lemah lembut seperti warlok Jogja atau Bandung. Namun setidaknya, bisa kan ya dijaga kelakuannya agar tidak sampai bikin keselek para wisatawan? 

Dalam hal ini, saya rasa perlu perhatian serius dari pihak berwenang di Palembang agar keberadaan warlok yang meresahkan ini lebih ditertibkan. Jika Sungai Musi yang kumuh di seputar jembatan Ampera bisa "disulap" bersih dan rapi di kisaran tahun 2004, mengapa warganya tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun