Kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih tinggi. Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA), per Oktober 2023 tercatat sedikitnya 19.489 kasus dengan 1900 lebih di antaranya terjadi di Provinsi Jawa Barat (Jabar).
Prihatin dengan fakta ini, sekitar 100 orang anggota Wanita Baptis Indonesia (WBI) Rayon 3 Jawa Barat menggelar doa bersama di GBI Baitlahim Bandung, pada Sabtu (28/10) siang. Ratusan wanita yang didominasi kaum ibu ini merupakan perwakilan dari 10 gereja baptis yang berada di Rayon 3 (Kota Bandung dan sejumlah kabupaten di sekitarnya). Mereka serentak mendoakan wanita para korban dan penyintas di mana pun berada agar diberi kekuatan untuk lepas dari belenggu kekerasan.
Ibu Yinda dari GBI Batu Zaman selaku pemateri mengatakan, banyak korban kekerasan tidak berdaya melapor karena stigma di masyarakat yang masih menganggap kekerasan adalah aib yang perlu ditutupi. Padahal, kekerasan adalah suatu bentuk pelanggaran hukum. Jika tidak ada keterbukaan dari korban atau kepedulian terhadap korban, ditakutkan kasusnya akan semakin merajalela dan kian banyak lagi nyawa yang terancam.
Ditambahkan Yinda, mulai peduli terhadap nasib sesama kaum wanita ini merupakan perpanjangan pesan dari agenda Asian Baptist Women's Union (ABWU) atau Persekutuan Wanita Baptis se-Asia yang sudah digelar September 2023 lalu di Jakarta, dimana Indonesia terpilih menjadi tuan rumah. Mengangkat tema Soar to Greater Heights, para wanita baptis  diajak untuk menjadi bagian dari pergerakan kebangkitan kaum wanita yang mampu membawa perubahan positif dalam gereja dan dunia.
"Ada banyak sekali kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan, bahkan yang sampai menyebabkan kematian. Terkadang sebagai ibu-ibu biasa, kita merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Namun sebetulnya kita bisa turut ambil bagian untuk peduli akan hal ini. Kita bisa mulai dengan bersama berkomitmen mendoakan para korban kekerasan ini," ujarnya.
Sementara itu, Agnes Centie Legowati selaku Ketua WBI BPD Jawa Barat mengatakan, kasus kekerasan terhadap perempuan itu bak fenomena gunung es. Banyak terjadi di masyarakat, namun cenderung tidak banyak diketahui lantaran adanya ketakutan dari pihak korban untuk melapor. Dengan agenda doa bersama yang digelar bersamaan dengan persekutuan rutin WBI tersebut, Agnes berharap bisa menjadi langkah awal untuk meningkatkan awareness di kalangan wanita -khususnya para ibu- sendiri.
"Harapan kami setelah agenda hari ini, paling tidak para ibu di lingkungan gereja bisa berani speak up jika melihat adanya perempuan yang menjadi korban kekerasan. Baik jika dia sebagai rekan sesama perempuan, maupun jika dia sendiri sebagai korbannya," kata Agnes.
Agnes rindu, organisasi gereja pada umumnya dan WBI khususnya, bisa menjadi suatu wadah atau ruang aman bagi perempuan korban dan penyintas kekerasan. Sudah saatnya kaum wanita menaruh kepedulian lebih terhadap isu kekerasan yang masih banyak terjadi di lingkungan sekitar kita.
Wanita dalam Merespon Panggilan Tuhan
Wanita, khususnya para Ibu kerap merasa minder jika berbicara tentang panggilan Tuhan agar terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan Tuhan di dunia. Banyak yang merasa tidak cukup pintar, tidak cukup cakap, tidak cukup kaya, tidak cukup bugar, dan sederet kekurangan lainnya untuk merasa diri tidak berdaya.Â
Padahal, panggilan Tuhan itu cakupannya luas dan tidak terbatas di lingkup pengabdian sebagai Hamba Tuhan (sekolah teologia, menjadi pendeta, dll) semata. Siapa saja, dengan latar belakang dan profesi apa saja, termasuk para  wanita dan ibu-ibu "biasa" sekalipun selalu punya panggilan-Nya sendiri. Tinggal bagaimana para wanita itu merespon setiap panggilan Tuhan dalam hidupnya.
Hal tersebut yang coba disampaikan Ibu Virginy Aviona selaku pemateri di sesi kedua di hadapan audience. Menurutnya, setiap orang perlu punya kepekaan terhadap apa yang menjadi panggilan Tuhan dalam hidup. "Setiap kita punya kairos atau kesempatan masing-masing yang unik. Dalam hal ini kita harus peka dalam meresponnya, apa sih kairos kita? Tuhan mau kita melakukan apa di hidup kita? Itu harus dicari tahu," ujar Virginy.
Ditambahkan Virginy, para wanita khususnya ibu-ibu tidak boleh merasa terlambat dalam merespon panggilan Tuhan. Menurutnya, usia bukanlah halangan untuk menjadi teladan bagi dunia. "Tugas kita adalah bagaimana orang-orang di luar sana melihat Kristus di dalam diri kita. Jangan pernah merasa terlambat hanya karena faktor usia," tegasnya.
Setelah berdoa, beribadah dan menyimak workshop selama 2 jam penuh, agenda persekutuan WBI Rayon 3 Jawa Barat diakhiri dengan makan siang bersama. Sambil menikmati hidangan, seluruh peserta dihibur dengan pembagian door prize dan demo membuat kimchi. Dalam kesempatan tersebut, panitia juga memberi apresiasi bagi para peserta senior yang usianya lebih dari 65 tahun.
Selamat kembali ke rumah masing-masing dan sampai jumpa lagi di agenda WBI selanjutnya!
Bandung, Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H