Berada tak jauh dari Candi Borobudur membuat Desa Wisata Karanganyar menarik sebagai destinasi alternatif. Daripada cuma pulang-pergi melihat candi, mending menginap semalam agar lebih menikmati. Ada apa aja sih?Â
Punthuk Setumbu
Punthuk Setumbu menjadi titik apik menikmati momen terbitnya baskara di kala fajar dengan pemandangan Candi Borobudur. Lokasinya memang nggak persis di desa Karanganyar, namun masih dalam kawasan Borobudur.Â
Saya yang cenderung night owl daripada morning person ini rasanya mendingan nggak tidur sekalian daripada susah bangun dan melewatkan kesempatan
Pemandangan Alam
Karena terletak di lereng Pegunungan Menoreh, Desa Wisata Karanganyar menyuguhkan panorama alam yang memanjakan mata. Belum lagi dengan hamparan sawahnya dan hawa sejuknya. Aduh, baru bayangin aja saya sudah mesam-mesem sendiri.Â
Selain itu, Desa Wisata Karanganyar juga memiliki sentra kerajinan gerabah, jamur merah, dsb. Nggak cuma bisa diamati, tapi juga dipelajari.
Nggak usah khawatir dengan masalah akses dan fasilitas, karena baru-baru ini Karanganyar menerima predikat Desa Wisata Ramah Berkendara dari Adira Finance. Ada 3 elemen kriterianya, yaitu: infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), dan ekosistem pariwisata. Infrastruktur di sini mencakup jalanan beraspal, lampu penerangan jalan, dan tempat pengisian bahan bakar.
Lokasi Menarik
Kabupaten Magelang ini memang menyimpan potensi wisata yang nggak kalah dengan kota-kota yang lebih besar. Salah satunya adalah "Nepal van Java" yang belakangan sedang hits di linimasa. Tempatnya masih sama-sama di kabupaten Magelang, tepatnya di dusun Butuh.Â
Sebagai salah satu desa wisata ramah berkendara, Desa Wisata Karanganyar juga menjadi 1 dari 4 desa wisata lainnya di mana Festival Kreatif Lokal 2022 diselenggarakan. Ke-4 desa lainnya adalah:
Desa Saung Ciburial, Garut
Desa Rejowinangun, Yogyakarta
Desa Sanankerto, Malang
Desa Carangsari, Bali.
Acara diisi dengan Desa Wisata Kreatif (pendampingan untuk UMKM setempat menciptakan paket wisata), Jelajah Desa Wisata Ramah Berkendara bersama komunitas sepeda motor/vespa, dan Festival Pasar Rakyat.
Saya harap, desa-desa wisata tersebut semakin dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian daerahnya. Contohnya bisa dengan menyediakan shuttle bus dari kota terdekat, promosi bersama blogger, hingga dimasukkan dalam paket-paket wisata. Biar wisman juga nyantol!
Saya juga berharap, desa-desa wisata kita secara kreatif mengembangkan unique selling point-nya masing-masing. Perlu paham selera pasar tanpa merusak alam desanya sendiri. Nggak perlu lah membangun gimmick-gimmick dekorasi buatan di tempat wisata alam, wong alamnya sudah cantik. Ditingkatkan saja keamanan dan kenyamanannya.
Sukses buat desa-desa wisata di Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H