Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ribut-Ribut Sinetron Tak Senonoh, Negeri Ini Bukannya Kekurangan Tim Kreatif

2 Juni 2021   01:18 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:48 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinetron Suara Hati Istri. Sumber: Instagram Indosiar via Kompas.com

Jika sudah begini, siapa yang harus disalahkan? 

Sumber gambar: indosiar
Sumber gambar: indosiar
Dalam dunia persinetronan dalam negeri, kita harus akui kalau kualitasnya kalah jauh dengan drama-drama Asia lainnya. Jangankan dengan drama Korea, dorama Jepang, China, atau Thailand, dengan sinetron lawas angkatan 90-an saja kualitasnya tertinggal jauh kok. 

Masalah bobroknya industri pertelevisian kita ini adalah perkara kompleks. Tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu pihak saja. Dalam hal ini, semua yang terlibat, termasuk lapisan masyarakat yang menonton juga harus ikut serta. 

Pemilik PH harus mau berbesar hati untuk lebih memberi ruang kepada pekerja kreatif untuk membuat karya yang lebih baik. Pekerja kreatif harus mulai berani mempertahankan idealismenya, alias jangan terlalu ikut arus lah. 

Betul, pekerja di industri pertelevisian memang butuh uang. Namun pahamilah bahwa tanggung jawab mencerdaskan bangsa juga menjadi bagian dari kalian. 

Masyarakat selaku penikmat sekaligus ujung tombak industri ini juga harus pintar-pintar memilih tontonan. Sudah tahu tayangan tidak mendidik, ya tidak usah lah ditonton. Tidak usah diberi panggung. Kalau tidak ditonton kan rating akan turun dengan sendirinya dan pihak PH akan berpikir ulang untuk membuat tayangan serupa. 

Lembaga pengawas macam KPI, tolong bekerjalah lebih "niat" lagi. Sungguh tidak lucu ketika kalian menyensor dada Sandy si tupai dalam tayangan kartun Spongebob SquarePants sedemikian rupa, namun meloloskan tayangan adegan ranjang yang melibatkan anak di bawah umur. 

Saat ini, saya hanya menonton televisi untuk menonton siaran pertandingan olahraga. Saya terlalu takut menonton siaran yang lain (apalagi sinetron), karena khawatir cuma berakhir dengan sumpah serapah. Saya sungguh merindukan siaran televisi Indonesia yang ramah untuk semua umur, setidaknya seperti saat saya masih kecil di tahun 90-an.

Mungkinkah bisa seperti itu lagi? 

Salam dari Tepian Musi

Kompal : Kompasianer Palembang
Kompal : Kompasianer Palembang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun