"Down the Via Dolorosa, in Jerusalem that day
The soldiers tried to clear the narrow street
But the crowd pressed in to see
The Man condemned to die on Calvary ..."
***
Jika natal ga bisa lepas dari lagu "Silent Night" --atau Malam Kudus versi Indonesianya--, momen Jumat Agung punya lagu favorit sendiri : Via Dolorosa. Sepanjang ingatan saya, lagu ini selalu hadir di setiap momen peringatan Jumat Agung, dari kecil sampai sekarang.Â
Baik tertera sebagai salah satu lagu dalam rangkaian tata ibadah di gereja, persembahan pujian khusus oleh choir atau vocal group jemaat, atau sekadar melihatnya melintas di timeline media sosial.
Via Dolorosa terhitung lagu modern sebetulnya. Dibanding dengan lagu Silent Night yang  sudah berumur 2 abad, Via Dolorosa "baru" muncul di tahun 1986. Ditulis dengan apik oleh Billy Sprague and Niles Borop, keduanya adalah penyanyi dan penulis lagu Amerika yang banyak mendedikasikan diri untuk mengarang lagu-lagu gospel.
Lagu Via Dolorosa menjadi fenomenal bukan hanya faktor keindahan lirik dan kemegahan aransemen semata, namun juga karakter suara penyanyi yang mempopulerkan : Sandi Patty.
Pertama kali mendengar lagu ini, dulu sekali. Saya belum paham liriknya. Belum ngerti bahasa Inggris. Tapi mendengar intronya saja sudah bikin bulu kuduk berdiri. Merinding luar biasa.
He was bleeding from a beating, there were stripes upon His back
And He wore a crown of thorns upon His head
And He bore with every step
The scorn of those who cried out for His death ...