Beberapa hari terakhir, lini masa akun sosial media sosial saya dipenuhi oleh nama Onan Hiroshi. Hiroshi, si tukang gambar asal Jepang yang tinggal di Taiwan itu dianggap telah menghina Jokowi dan pemerintah Indonesia lewat komik strip yang diunggahnya. Dalam komik tersebut, Hiroshi menggambarkan proyek kereta cepat Indonesia yang dalam rencana semula akan dibangun Jepang.Â
Namun, pada akhirnya justru China lah yang mengerjakan konstruksi proyek tersebut. Masih dalam komik itu, digambarkan pula proyeknya mandek tak kunjung rampung. Tak cukup sampai di situ, Jokowi kemudian digambarkan sedang "mengemis" kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk kembali membantu pelaksanaan proyek kereta cepat itu.
Munculnya komik tersebut sontak menuai kontroversi di kalangan netizen Tanah Air. Banyak yang bereaksi keras lantaran tak terima presiden dihina, meski tak sedikit pula yang berpendapat bahwa gambar Hiroshi tersebut adalah benar adanya.
Beruntung, pemuda ini agaknya menyadari kesalahan atas tindakannya. Hanya berselang dua hari setelah terbit, komik tersebut dihapus Hiroshi dari akun twitter-nya. Dia juga menulis kalimat permintaan maaf, dalam bahasa Jepang dan Bahasa Inggris:
"I,m sorry. beggar is over Excessive demands.
I was heat up. but now cooldown.
Mr,president JOKOWI and Indonesian everyone,and Indnesia gov
I,m Really sorry. I am shame. I take back picture.I,m sorry."
Pose dogeza merupakan elemen dalam tata krama di Jepang yang berarti berlutut langsung di tanah dan membungkuk hingga kepala menyentuh lantai. Cara membungkuknya adalah duduk lurus, meletakkan tangan di atas tanah, dan membungkuk dalam-dalam. Pose ini hanya akan digunakan saat orang Jepang yang merasa amat sangat menyesal setelah membuat kesalahan besar di dalam kehidupan mereka.
Perlu diketahui, kultur budaya Jepang yang cenderung perfeksionis dalam bersikap, membuat seseorang akan merasa sangat malu jika sampai kedapatan berbuat salah. Jika Hiroshi tidak sungguh-sungguh menyesal dan tulus meminta maaf, dipastikan dia tidak akan melakukan dogeza. Jika Hiroshi menganggap kesalahannya adalah kekhilafan wajar yang tak terlalu besar, dia juga tidak akan melakukan dogeza. Paling banter hanya melakukan saikirei atau shazai yang cukup dengan membungkuk saja tanpa repot bersujud.
***
Seolah sadar bahwa dogeza masih tak cukup untuk menebus rasa sakit hati sebagian besar masyarakat Indonesia yang telanjur naik darah, Hiroshi bahkan memutuskan untuk melakukan harakiri. Well untungnya bukan harakiri betulan yang berarti bunuh diri dengan cara merobek perut sendiri dengan belati atau katana.Â