Tapi sebetulnya kami sudah mempersiapkan diri jadi narasumber cadangan kalau seandainya dari empat narsum itu ada yang batal hadir :D
***
Pas sudah mulai ...
Sedikit kesal juga dengan keterlambatan sejumlah peserta (Pffftt, padahal acaranya sendiri ngaret setengah jam :D). Masalahnya, saya dan Mbak Murni kan masih harus jagain meja registrasi, sementara materi sudah dimulai. Padahal kan pengen juga dengerin materinya.
Tapi saya cukup menikmati kok walau hanya kebagian menyimak penjelasan dua narsum terakhir : Om Ndutt dan Mbak Ira. Om Ndutt menyemangati untuk nggak putus asa kalo misalnya kalah lomba blog. Terus Mbak Ira (ini niiiihhhh), saya cukup tertampar dengan komentar yang intinya bilang kalo punya blog itu harus rajin di-update. Jangan cuma dibiarkan sampai lupa password. (Wakakaka...., maafkanlah daku yang pelupa ini, Mbak :D).
Well, segalanya berlangsung aman-aman saja sih. Damai, sentosa, kondusif ..., sampai...., sampai sang MC, Bu Dosen Sumarni Anita mengumumkan sudah saatnya memberi kenang-kenangan untuk para narasumber. Saya dan Bik Cik Kartika langsung bertukar pandangan horor. Glek banget dah ini.... Dan makin panik aja ketika keempat narasumber sudah berbaris manis menunggu prosesi penyerahan hadiah....
Lho, kenapa?
Sssttt, ini sebetulnya rahasia. Jadi sebenernya hanya segelintir panitia yang tahu kalau bingkisan yang disiapkan sebetulnya hanya untuk narsum perempuan (panitia belum dapat kado yang tepat untuk narsum laki-laki). Awalnya sih santai saja, karena kedua narsum laki-laki (Om Ndutt dan Ko Deddy) adalah “orang dalam” kompal. Jadi gampanglah ..., bisa diaturlaaahh ..., nyusul nggak papa laaahhh ..., dan sederet pikiran woles lainnya.
Tapi faktanya, ternyata nggak enak juga kalau dua narsum ini dibiarkan pulang dengan “tangan kosong”. Ya malu, ya nggak enak, ya kelihatan banget “nggak adilnya” .... Lalu segalanya ternyata berjalan begitu saja. Berbekal kepanikan dan the power of kepepet, entah siapa yang akhirnya berinisiatif memberikan tas batik pada Ko Deddy dan Om Ndutt. Padahal, tas tersebut sejatinya diperuntukkan untuk doorprize peserta. Yah, nggak papa deh, yang penting sesi foto buat dokumentasi terselamatkan (meski jadinya janggal juga karena tas tersebut sebetulnya juga tas cewek).--foto nyusul. Belum ketemu yang ada tasnya :D)
Saya kalau ingat momen ini pengen ngakak sendiri. Beruntung banget sepanjang acara, hanya ada satu insiden ini dan bisa diatasi (meski maksa :D) .
Hihihihi, buat Om Ndutt dan Ko Deddy, panitia masih berutang ya..., bisa ditagih ntar sama Mang Dues atau Dok Posma (ehhhhh :D)