Â
dan berikutnya lagi. Begitu terus hingga tak sadar belasan lagu sudah kunyanyikan. Namun ketika sampai pada lagu I'm Pressing on the Upward Way ciptaan Johnson Oatman Jr pada tahub 1898, yang pada terjemahan Indonesianya berbunyi :
"Ya Tuhan angkat jiwaku...
Lebih dekat kepadaMu
Tegakkan hidupku kini
di tempat yang lebih tinggi"
Membuatku tak sanggup bernyanyi lagi. Lagunya berganti isak. Air mataku meleleh dengan derasnya, seiring ingatanku melayang pada masa aku kelas 3 atau 4 SD. Aku teringat Si Mbah yang kini terbaring lemah di kamar sebelah, pernah menyanyikan lagu itu seorang diri di hadapan jemaat Gereja. Si Mbah menyanyi sambil menangis kala itu. Entah apa yang dipikirkannya saat menyanyikannya... Aku tidak bertanya. Tidak sempat bertanya...
Lalu seperti flashback, aku bisa melihat cuplikan hidupku di masa lalu bersama Mbah dengan sangat jelas di kedua mataku. Berganti ganti seperti dalam film.
Aku kecil yang menangis ketakutan melihat Si Mbah mulutnya penuh "darah" karena menyirih (hey. Setelah itu, aku tak bisa mengingat lagi kapan Mbah menyirih. Kemungkinan besar Si Mbah berhenti karena tak ingin melihatku ketakutan).
Aku yang susah payah belajar menganyam ketupat bersama Mbah (oh,,sekarang aku sudah jago).
Aku yang berbaring telungkup dengan kaki diurut Mbah. Tak terhitung berapa kali tulang dan sendiku yang cedera akibat jatuh (anak pecicilan sepertiku berharap tak pernah jatuh? Mustahil) terselamatkan berkat teknik urut Mbah. Bahkan terakhir, bulan Januari lalu aku masih diurutnya karena terjatuh dari motor.