Â
Sabtu, 2 April '16
Dear diary...
Aku sudah bilang kalau aku siap kehilangan Mbah. Toh, sejak beberapa hari yang lalu aku sudah meraba isyarat alam. Tapi tetap saja, aku tak menyangka setergesa itu. Semalam aku tak tidur. Sungguh pengalaman tak terlupakan, memandikan dan mengganti baju mayat di malam hari hanya berdua dengan mama (papa dan kakak pergi mengabari pendeta dan Pak RT).
Aku tahu yang kaupikirkan, Diaryku. Pasti kau akan bilang itu menyeramkan. Well, memang sih...aku mungkin akan berpikir hal yang sama jika tidak melihat sendiri wajah Mbahku. Sungguh tidak menyeramkan sama sekali. Wajahnya sangat cerah, kulit keriputnya segar dan bersih. Dan...lihatlah... Mbah tersenyum. Dengan semua gigi sudah tanggal -membuatnya seperti tak punya bibir-, sama sekali tak mengurangi kecantikannya. Aku tak akan banyak bicara. Kau lihat sendiri saja fotonya.
Pernahkah kau melihat seseorang yang begitu damai dipeluk kematian seperti itu, Ry?
Aku sendiri masih syok...karena semasa hidupnya, wajah Mbah tak pernah seberseri itu. Aku tahu, itu karena Mbah pulang dalam keadaan bersih. Tak hanya bersih secara fisik (saat memandikannya, tak kami jumpai kotoran dalam bentuk apapun. Mungkin karena sudah dikeluarkan semuanya kemarin lusa itu), melainkan bersih secara jiwa. Di hari-hari terakhir hidupnya, Mbah sudah mengakui dosanya dan meminta ampun. Dan Tuhan pasti sudah mengampuninya... Ya. Pasti begitu. Tidak ada penjelasan lain yang lebih masuk akal dari ini.
Hari ini pemakaman. Emosiku belum stabil... Hingga tak terlalu memerhatikan apa yang terjadi di rumah. Tapi tetap saja...aku sungguh keheranan melihat tetangga dan kerabat tak henti datang dari semalam. Padahal kami hanya mengabari Pendeta dan Pak RT saja.
"Kami tahu karena tadi pagi diumumkan lewat toa masjid. Coba dikasih tahu dari semalam, pasti langsung ke sini," kata seorang Ibu berjilbab.
Toa? Masjid? Pengeras suara di masjid maksudnya? Otakku berusaha mencerna informasi itu. Lalu berubah takjub...luar biasa masyarakat dusunku ini. Padahal semua tahu kalau kami berbeda keyakinan. Hanya sekelompok kecil minoritas... Padahal kami juga tahu fungsi pengeras suara Masjid sesungguhnya....
Tak cukup sampai di sana saja, Ry. Kau akan kaget kalau kuberitahu yang membuatkan peti untuk Mbah, juga menggalikan kuburnya, termasuk yang meminjamkan mobil untuk mengantar kami ke pemakaman...semuanya adalah orang-orang Muslim. Betapa baiknya mereka. Tak tahu bagaimana harus membalas.