Setelah itu, mama menelpon Bi Lis untuk kesekian kalinya sejak Mbah jatuh sakit. Mengabari kondisi terakhir Mbah. Termasuk menyusun skenario persiapan "what if Si Mbah bla bla bla".
Sorenya, kakakku pulang. Aneh. Padahal biasanya hanya hari Sabtu dia pulang ke rumah. Tadi pagi di BBM dia juga bilang baru bisa pulang besok.
"Kok pulang, Kak? Tadi katanya besok...," tanyaku.
"Mmm...nggak tahu ya? Aku sendiri heran... Pulang kantor mau balik ke asrama malah sampai sini...."
Sinting, batinku.
Semuanya biasa saja. Makan malam, lalu nonton film downloadan.
Tiba-tiba, Kakak mendengar sesuatu dan berujar "Ma, Mbah..."
Kami yang di ruang depan langsung buru-buru ke kamar Mbah. Mbah yang berada di pelukan mama... Menarik nafas panjang satu kali..., menghembuskannya..., lalu terkulai lemas. Sudah. Begitu saja.
Aku melirik jam di HPku. 21.30 WIB. Masih terhitung tanggal 1 April. Sayangnya bukan April Mop... Si Mbah benar-benar sudah dijemput. Mbah hanya memastikan "Putu Lanangnya" pulang di hari kematiannya. Bulan sabit tersenyum tipis di atas sana. Setipis senyum Mbah yang perlahan membeku.
Â
***