Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Adakah yang kenal?

10 Oktober 2012   12:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:59 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceritanya lagi mengenang jejak masa lalu yang (sepertinya) sudah punah. Foto-foto berikut saya dapatkan semuanya dari Mbah google. Tanpa mereka, masa kecil saya tidak akan berarti apa-apa...... adakah kompasianer yang kenal dan masih memiliki mereka? [caption id="attachment_203629" align="aligncenter" width="539" caption="Biskuit "Telek Manuk""][/caption] Well, saya nggak tahu nama aslinya. Sebenarnya sih rasanya biasa saja, tapi gula-gula warna-warni diatasnya itu benar-benar godaan iman. Kenakalan saya masa kecil ditunjukkan dengan hanya memakan bagian atasnya, sementara biskuit di bawahnya saya kembalikan lagi ke dalam toples:p [caption id="attachment_203633" align="aligncenter" width="500" caption="Ciplukan/Ceplukan"]

13498707322031490902
13498707322031490902
[/caption] Kata om wikipedia nama latinnya Physallis angulata Linn. atau Physallis minima Linn. Rasanya manis-manis asem gimanaaaa gitu. Pohonnya pendek, biasanya tumbuh liar dilereng-lereng tepi sungai, pinggir selokan dan kebun / tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek. Ini favorit saya kalau ikut papa ke kebun. Kenakalan saya biasanya terekam dengan udah dibukanya kelopak yang menutupi buah, padahal udah tahu belum mateng:p [caption id="attachment_203639" align="aligncenter" width="640" caption=""Ceplukan Rambut""]
13498711671006732221
13498711671006732221
[/caption] Lagi-lagi saya nggak tahu nama aslinya. Foto ini dikirim oleh seorang teman SD, dengan kalimat penjelasan "Buahnya kaya markisa. Tapi kecil-kecil. Ada bulunya". Saya benar-benar kesulitan mencari padanan buah ini dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang lain.  Berbeda dengan ceplukan yang dominan asam, ceplukan rambut versi saya ini rasanya benar-benar manis. Tidak perlu jahil membuka bungkusnya, karena jika masak akan terlihat jelas dari warnanya yang kuning terang (asal tidak keduluan burung saja:). Kenakalan saya lebih ke lokasi tumbuhnya tanaman ini. Waktu saya kecil, buah ini paling banyak tumbuh di tebing dan merambat ke bukit di areal pemakaman. Jika anak-anak lain cenderung menghindari kuburan, saya hobi sekali mendatangi kuburan hanya untuk mencari buah ini. Kadang diselingi dengan memathkan dahan-dahan kamboja. (aduh! ampun,mbaaahh!") *Dan liur sayapun menetes ke keyboard

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun