Destinasi tujuan yang lebih sering kulakukan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, jika boleh dirata-rata, kebanyakan memang ke Indonesia Timur. Hal ini membuatku sadar kalau aku belum banyak menikmati kota kelahiranku sendiri yakni Malang.
Aku hanya sekadar tahu jika Malang begitu populer dengan kulinernya.
Hingga akhirnya seorang sahabatku mengajak untuk ikut dalam trip wisata di Kota Malang dalam konsep walking tour.Â
Sesuai dengan namanya, walking tour ini adalah sebuah tur yang bisa dinikmati sambil berjalan kaki dan tentunya ditemani seorang guide yang akan menjelaskan berbagai tempat dan bangunan yang kelak kami singgahi.
Berwisata sambil jalan kaki? Sekaligus belajar sejarah soal kota kelahiranku?
Aku jelas tak berpikir lama, karena aku langsung tertarik untuk mengikuti salah satu agenda Jelajah Malang yakni trip Kajoetangan Heritage.
Berangkat sekitar pukul tujuh pagi dari Alun-Alun Tugu Kota Malang, Indah sang guide langsung memberikanku informasi soal tugu yang sudah sering kulewati sejak SMP itu, karena kebetulan sekolahku ada di dekatnya.
Berkat informasinya, aku baru tahu kalau bangunan yang pernah hancur saat Agresi Militer I tahun 1947 itu ternyata dulu bernama Alun-Alun Bunder.Â
Enam tahun sejak penghancurannya, Presiden Soekarno membangun kembali bangunan yang ternyata jika diamati lebih lanjut, berbentuk bambu runcing sebagai simbol senjata perlawanan bangsa Indonesia terhadap tentara Belanda.
Melanjutkan perjalanan, aku dan rombongan trip berhenti di depan Wisma Tumapel yang terletak di sebelah barat Balai Kota Malang.Â
Bangunan yang sempat viral di kalangan masyarakat Malang sebagai bangunan berhantu itu, ternyata adalah gedung asli Hotel Splendid Inn yang sudah berdiri sejak 1928. Yang menarik saat Jepang menjajah Indonesia di tahun 1944, bangunan itu pernah jadi kantor pemerintahan.