Hingar-bingar konser Coldplay memang sudah berakhir. Mungkin banyak di antara kamu yang masih belum move on dari keseruan tenggelam dalam gemerlap xyloband bersama 80 ribu orang itu. Tak masalah karena memang sungguh spektakuler. Namun seperti halnya musim yang terus berganti, keseruan konser di malam 15 November 2023 itu harus berubah jadi rutinitas harian seperti biasanya.
Tak bisa dipungkiri memang konser megah Coldplay beberapa hari lalu seolah jadi bukti kalau orang Indonesia terutama anak-anak muda, memiliki kondisi finansial yang baik. Bagaimana tidak, konser dengan tiket seharga Rp800 ribu -- Rp11 juta itu ludes dalam waktu luar biasa singkat. Bahkan ketika konser berlangsung, ada banyak smartphone premium yang muncul di udara, sekali lagi menandakan kalau para penonton ini jelas hidup dalam keuangan yang cukup sejahtera.
Tapi tetap, keseruan konser Coldplay ditanggapi beragam oleh masyarakat.
Bahkan ada yang menyindir kalau hobi anak muda yang suka membeli gadget canggih dan menonton konser mahal adalah penyebab mereka tak akan pernah bisa membeli rumah. Milenial dan gen Z dituding terlalu suka hidup foya-foya sehingga meskipun punya penghasilan double digit, tak akan sanggup membeli hunian pribadi seperti yang dengan mudah dilakukan generasi sebelum mereka, baby boomer atau X.
Pertanyaannya, apakah benar demikian?
Edukasi Perbankan, Kunci Anak-Anak Muda Beli Rumah
Pada dasarnya, penyebab utama generasi muda gagal membeli rumah bukan karena gaya hidup konsumtif semata. Namun karena harga rumah di Indonesia terus meningkat hingga level tak masuk akal. Dedy Syarif Usman selaku Sekretaris Dirjen Kekayaan Negara Kemenkeu seperti dilansir CNBC Indonesia, membenarkan hal tersebut.
Bahkan sekalipun saat ini perbankan menawarkan layanan KPR (Kredit Pemilikan Rumah), anak-anak muda tetap dihantui dengan kewajiban uang muka dan cicilan bulanan yang terus melambung, membuat keinginan memiliki rumah impian terus tergerus sekalipun dengan skema kredit. Namun dengan edukasi perbankan yang tepat, kredit di bank justru bisa menguntungkan.
Ada baiknya kalian sebagai calon debitur (pihak yang berhutang), meminta informasi sebanyak mungkin dari pihak bank yang berperan sebagai kreditur (pemberi kredit atau pinjaman) terlebih dulu sebelum pengajuan kredit. Mulai dari apakah harus ada agunan (jaminan yang diberikan pada debitur), berapa lama tenor (jangka waktu kredit), sampai berapa bunga yang dibebankan pada angsuran kredit.
Dengan pemahaman edukasi perbankan seperti itu, meskipun sederhana, akan membuat kalian bisa terhindar dari kasus cessie alias pengalihan kredit seperti yang pernah dialami nasabah Setiyawan dengan CIMB Niaga beberapa waktu lalu. Tentu kalian tidak ingin hal seperti itu terjadi, bukan?