"Ayolah Rai, ikut aja. Udah lama kan kamu nggak naik gunung lagi sama kita? Temen-temen semuanya kangen sama kamu,"
Aku terdiam membaca pesan online yang dikirimkan oleh rekanku, Guntur saat itu. Cukup lama aku membacanya sebelum akhirnya kubalas dengan kesediaanku ikut pendakian lagi.
Ya, gunung memang adalah bentang alam yang paling kusukai di dunia ini. Sekitar satu dekade terakhir, aku sudah memijak ke beberapa gunung yang ada di area tempat tinggalku seperti Semeru, Arjuna, Panderman, Penanggungan, Bromo hingga Ijen. Hanya saja ketika tahun 2017 silam, aku benar-benar kehilangan minatku untuk mendaki.
Depresi memakan mentalku.
Menghancurkan seluruh mimpi dan keberanianku, hingga aku bahkan sama sekali tak tertarik mendaki gunung, menulis, atau menonton film lagi, tiga hal yang sangat kubanggakan pada diriku.
Dua tahun lamanya aku menjadi seorang pesakitan yang harus bolak-balik Rumah Sakit Jiwa, menjawab berbagai pertanyaan, menulis berbagai pengalaman, bercerita keseharian dan meminum obat-obat terlarang yang jelas tak bisa kubeli di apotek dekat rumah.
Aku bahkan tak pernah menduga bisa terjerumus ke lubang depresi.
Jika kalian bertanya padaku, 2017-2019 bisa dibilang sebagai tahun kemuraman dalam hidupku. Bahkan saat itu aku merasa kalau aku tak akan bisa kembali ke diriku yang dulu.
Aku, sudah menyerah dengan hidupku.
Hingga akhirnya di awal tahun 2020, sahabat-sahabatku mengajakku untuk ke Yogyakarta. Perjalanan itu adalah kali pertama aku keluar rumah setelah dua tahun lebih memilih berdiam di kamar. Aku mulai menemukan keberanianku hingga akhirnya aku membeli domain dan menjalani kegiatan yang pernah kutinggalkan, kepenulisan, lewat menjadi seorang blogger.