Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan Iman dari Peringatan Maulid Nabi

23 Oktober 2021   10:06 Diperbarui: 23 Oktober 2021   10:22 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian besar masyarakat muslim antusias menjelang peringatan Maulid Nabi. Berbagai kegiatan diselenggarakan, dikerjakan bersama-sama dengan saling bahu membahu. Semuanya didedikasikan sebagai salah satu pembuktian akan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Menariknya, momen maulid tahun ini terasa lebih hidup dari sebelumnya. Pasalnya beberapa kegiatan sudah dapat dilakukan seperti sedia kala (seperti sebelum pandemi). Walaupun dengan menjalankan protokol kesehatan ketat, tapi elemen masyarakat mendapat suntikan pesan yang lebih kuat. Salah satunya karena dapat secara langsung menyimak tausiyah ustaz.

Terlepas dari beragamnya sejarah tentang peringatan Maulid Nabi dan perbedaan pendapat mengenai boleh atau tidaknya diperingati, Maulid Nabi tetaplah momen penting bagi kaum muslimin. Sejarah membuktikan bahwa momen hadirnya Nabi ke dunia, merupakan awal datangnya cocok calon pembawa cahaya. Sosok yang ketika dewasa terpilih untuk menjadi panutan bagi seluruh manusia, tanpa membedakan dari mana asalnya-apa warna kulitnya-juga apa derajatnya.

Ya, Muhammad saat menjadi Nabi menjelma sebagai sosok teladan, panutan dalam menjalani hidup dan menata kehidupan. Yang lisensi atas keteladanan ini datangnya langsung dari Zat Pemberi Hidup. Allah SWT berfirman yang artinya: "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir serta banyak menyebut Allah" (TQS al-Ahzab [33]: 21).

Teladan baik yang Nabi contohkan bukan hanya dalam aspek akidah, spiritual, moral dan sosial saja. Melainkan juga teladan kepemimpinan dalam menerapkan hukum dan menyelesaikan persengketaan, berdiplomasi dengan negeri lain di luar negeri Islam, mengatur Madinah dengan Islam dalam hal pemerintahan, membentengi dan menjaga eksistensi madinah dengan organisasi militer yang teratur, mengurus ekonomi dengan panduan Alquran, dll. Aspek pelayanan publik di dalam negeri Madinah hingga di luarnya, semua digerakkan dengan asas Islam.

Teladan Nabi dalam semua aspek itu yang penting dicontoh. Sebab  Allah SWT perintahkan kepada kita melalui firmanNya, yang berarti: "Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukuman-Nya" (TQS al-Hasyr [59]: 7). Kendati topik pembicaraan ayat tersebut berkenaan dengan harta ghanmah dan fay'. Namun, makna ayat ini bersifat umum; meliputi segala yang Rasul saw. berikan dan segala yang beliau larang, termasuk di dalamnya perkara fay'. (Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyf, 4/503).

Bila mau dicermati apa yang Nabi perintahkan dan larang luas sekali cakupannya. Dan dengan kejujuran perenungan dapat diketahui bahwa memang bukan sebatas masalah ibadah ritual yang beliau berikan. Dalam berbagai kitab fiqih (siapapun penulisnya), tertuanglah hukum-hukum syariat Islam yang berkaitan dengan banyak hal. Biasanya diawali dengan bahasan berkaitan dengan petunjuk habluminallaah hingga habluminannaas. Dari bahasan aqidah, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, munakahat, jenazah, waris, muamalah, uqubat, hingga bab imamah pada kitab tertentu.

Artinya kehadiran Nabi di tengah umat memang dibekali Allah dengan seperangkat aturan yang dengannya bisa menjadi petunjuk bagi hamba untuk menjalankan misi ibadah di dunia sesuai petunjukNya. Keyakinan Nabi adalah utusanlah yang akan menghadirkan kemantapan iman dengan wujud mematuhi wahyu yang beliau sampaikan, tanpa terkecuali. Maka dari itu, dengan adanya peringatan Maulid Nabi, seharusnya pesan imanlah yang kembali terkuatkan. Dengan pesan iman itu, seorang muslim akan tergerak untuk totalitas menjadikan Nabi sebagai dan suri teladan dalam haruslah digenapkan pada segala aspek, baik dalam aspek individu, keluarga, masyarakat, hingga negara. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun