Siang itu di Desa Keji, seorang pemuda duduk berjongkok di depan kran air sambil memegang popok sekali pakai bekas. Para ibu dan bapak dari desa tersebut berdiri mengelilinya dengan wajah penasaran. "Popok ini dicuci dulu ya Bapak dan Ibu, setelah itu digunting, dan dikeluarkan gel-nya," terangnya tanpa merasa jijik sama sekali. Pemuda tersebut adalah Reanes Putra Tito Magarwi (26) dari Sampah Muda, sebuah start up berbasis website yang membantu masyarakat menyalurkan sampah di rumah/kantor masing-masing kepada para pengepul. Para pemilik sampah ini yang disebut "customer" akan diberikan imbalan berupa uang atas sampah yang mereka berikan pada para agen penjemput sampah. Agen inilah yang akan mengantar sampah ke gudang Sampah Muda di Leyangan. Sampah yang telah terkumpul ini kemudian akan dikirim ke pabrik untuk diolah kembali. Kali itu ia sedang menjadi pemateri di Sekolah Pintar DAS yang diadakan Mercy Corps Indonesia sebagai bagian dari program TRANSFORM.
Reanes mengungkapkan ketertarikannya terhadap masalah sampah dimulai dari usahanya mengumpulkan sampah kertas untuk dijual kembali ke pabrik. Dari situlah kemudian ia berpikir bahwa sampah adalah sebuah masalah yang sangat rumit dan bukan soal berjualan saja. Ia berharap bisa memberikan informasi dan edukasi ke masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah. "Saya berharap dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat," ujarnya. Pada tahun 2016, Reanes mendirikan Sampah Muda bersama salah seorang rekannya. Dengan berbasis website www.sampahmuda.com, komunitas ini telah berhasil membayar sebanyak Rp 29,1 juta kepada para customer dengan total berat sampah mencapai 27 ton. Menurut Reanes, jumlah tersebut tentu masih sangat sedikit dibandingkan dengan total sampah yang dihasilkan Kota Semarang yaitu 1.000 ton per hari.
Sampah Muda, yang saat ini berkantor di Impala Space, Kota Lama Semarang, berharap bisa mengembangkan metode kerja mereka dalam menangani sampah. Salah satunya adalah dengan mengadakan workshop mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Menurutnya, masyarakat akan tertarik untuk berpartisipasi mengolah sampah jika sudah merasakan manfaatnya baik berupa uang maupun kegunaan barang hasil daur ulang itu sendiri. Â
Keterlibatan Sampah Muda dalam program TRANSFORM merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat serta upaya meningkatkan kerjasama antar wilayah Kota dan Kabupaten Semarang. Adanya kolaborasi para pihak seperti inilah yang dirasa dapat mendukung suksesnya upaya konservasi lingkungan hidup dan mitigasi bencana.
Dwirahmi S.
Project Officer - Communication and Outreach for TRANSFORM
Mercy Corps Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H