Pada hari Rabu, 28 Agustus 2017 sejak pukul 08.00 WIB, aula Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang sudah riuh dengan para ibu dan bapak warga desa tersebut. Hari itu adalah pertemuan Sekolah Pintar Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang yang ketiga dan terakhir di desa mereka. Pertemuan ketiga kali itu diisi oleh rekan-rekan dari komunitas Sampah Muda yang mengajak peserta mengenali permasalahan sampah dan bagaimana cara mengatasinya.
Pada pertemuan minggu pertama para peserta telah belajar dan berbagi mengenai konsep DAS yang antara lain membahas soal cara kerja daerah aliran sungai, pembagian wilayah, serta fungsi dan manfaat DAS. Pada pertemuan minggu kedua, mereka dibekali ilmu tata kelola lahan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Semarang. Dalam pertemuan kedua tersebut, peserta belajar mengenai jenis tanah di sekitar sungai dan pola pertanian yang sesuai.
Sekolah Pintar DAS yang digagas oleh Mercy Corps Indonesia dalam kerangka program TRANSFORM (manajemen pengelolaan risiko banjir antar wilayah) dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat. Tidak hanya di Desa Kalisidi saja, acara ini juga diselenggarakan di empat desa lainnya di Kecamatan Ungaran Barat dan Bergas yaitu desa/kelurahan Keji, Gogik, Pagersari, dan Gebugan. Lima desa/kelurahan ini dipilih berdasarkan pengamatan awal yang mempertimbangkan berbagai aspek seperti  lokasi aliran Sungai Garang, pengelolaan lahan, serta permasalahan sampah dan air tanah.
Rangkaian Sekolah Pintar DAS dimulai sejak awal bulan Agustus hingga September 2017 dan mengundang warga desa setempat dari berbagai profesi seperti petani, peternak, serta perangkat desa itu sendiri. Â Beragamnya peserta membuat kegiatan ini juga menjadi ajang bertukar pengalaman dan pengetahuan baik antar warga desa maupun dengan dinas pemerintah dan organisasi yang hadir.
Kepala Desa Kalisidi, Dimas Prayitno mengutarakan sangat menyayangkan perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di dan menambang batu di sungai. Maka dari itu, ia mengungkapkan bahwa Sekolah Pintar DAS seperti ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan bisa mendorong perilaku yang lebih baik di masa depan.
Hardiyanto dari Mercy Corps Indonesia yang merupakan penanggung jawab acara mengungkapkan bahwa Sekolah Pintar DAS tidak hanya bermaksud untuk memberi pelajaran pada warga soal lingkungan, melainkan untuk menggali permasalahan yang ada dan mencari solusi bersama. Ia juga mengatakan bahwa akan disusun sebuah rencana tindak lanjut yang dirancang bersama masing-masing desa berdasarkan hasil temuan dari Sekolah Pintar.
 Salah satu rencana tersebut berkaitan dengan manajemen sampah dengan tujuan bahwa setiap desa akan memiliki tempat pengolahan sampah yang dikelola secara komunal. Ke depannya, Sekolah Pintar DAS juga akan diselenggarakan di desa lainnya yang masih dalam wilayah DAS Garang seperti Lerep dan Nyatnyono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H