Mohon tunggu...
Armyta Rahardhani
Armyta Rahardhani Mohon Tunggu... -

I could be either an angel or a demon for you

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pentingkah Politik Regional? #Part2

17 Februari 2014   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dalam Percaturan Politik Regional

Indonesia menjadi salah satu bagian dalam politik regional di ASEAN. Beberapa pengamat politik mengatakan bahwa ASEAN sering dianggap sebagai talkshop dimana para pemimpin negara anggota hanya sekedar mengadakan summit tanpa upaya lebih lanjut untuk meningkatkan hubungan kerjasama antar anggota. Akhirnya, pada tahun 2008, dibentuk Piagam ASEAN sebagai landasan kuat untuk membentuk ASEAN Community dengan beberapa pilar kerjasama di bidang ekonomi, politik dan keamanan, dan sosial budaya. ASEAN Community akan ditandai dengan adanya momentum free movement of modal, jasa, investasi, pekerja, dan barang. Dengan adanya kebebasan ini, maka kita dapat dengan mudah jalan-jalan keliling ASEAN, bekerja di negara ASEAN, memiliki peluang pasar yang lebih luas, dll. Jika dilihat dari potensi negara-negara anggota yang sebagian besar memiliki potensi dalam makanan dan produk agrikultur, dengan kemudahan dan diperoleh dari ASEAN Community, maka tingkat kompetisi dalam masyarakat akan semakin ketat. Besarnya gap kualitasantar negara anggota juga menumbuhkan keraguan dalam kerjasama tersebut. Sebagai warga negara Indonesia, saya pribadi menyangsikan kesiapan masyarakat, terutama dengan tingkat intelektual rendah, dalam menghadapi kenyataan bahwa "kran" telah terbuka, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas SDM agar mereka tidak tenggelam dalam arus ASEAN Community.

Bukan hanya tentang ekonomi, politik regional ASEAN akan berlanjut pada kerjasama politik dan keamanan, serta sosial budaya. Sejauh ini, pemerintah Indonesia belum benar-benar menunjukkan sosialisasi tentang ASEAN Community ke masyarakat. Sementara negara lain sudah berusaha untuk mengenal budaya negara2 anggota ASEAN dengan mempelajari bahasanya, bangsa ini masih disibukkan dengan kasus-kasus perebutan harta dan tahta di pemerintahan Bahkan media juga jarang sekali mengangkat topik tentang ASEAN Community. Di sisi lain, peran Indonesia sebagai salah satu inisiator dalam ASEAN Community sangat besar. Selain itu Indonesia juga turut berperan dalam penyelesaian konflik yang masih memanas atas Laut Cina Selatan. Di tengah peliknya situasi dan kondisi dalam negeri, perlukah kita mencari celah dan peluang di kawasan regional? Pentingkah kerjasama regional untuk bangsa Indonesia?

Dalam konflik Laut Cina Selatan (LCS), Indonesia melalui Menteri Luar Negeri memilih jalur diplomasi preventif untuk meredam konflik negara-negara tersebut (Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, Taiwan dan Cina) yang sama-sama mengklaim kepemilikan kepulauan yang ada di sekitar LCS. Posisi Indonesia untuk tetap berada dalam zona netral serta dorongan untuk menyelesaikan konflik dengan damai. Indonesia tidak ingin memanaskan hubungan baik dengan Cina. Di sisi lain Indonesia juga ingin menjaga stabilitas keamanan situasi dan kondisi wilayah ASEAN. Karena itu, Indonesia bersedia menfasilitasi perbincangan damai penyelesaian konflik tersebut. Namun, apakah upaya tersebut berhasil? Atau upaya tersebut menimbulkan kekhawatiran tersendiri hingga dibutuhkan balance of power antar negara-negara konflik dengan pembelian persenjataan yang cukup massive oleh negara-negara tersebut.

ASEAN sebagai satu entitas tunggal merupakan pangsa pasar yang empuk bagi masyarakat internasional. Tingginya jumlah penduduk serta pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi hingga menarik minat para kapitalis dunia. Bahkan saat ini ASEAN tengah menggandeng Cina, Jepang, Korea Selatan (ASEAN +3), India, Australia dan New Zealand (ASEAN +6) untuk perluasan kerjasama dalam bidang perdagangan. Dengan kesepakatan perdagangan bebas antar negara tersebut, maka sirkulasi barang-barang produksi yang beredar akan semakin mudah dan murah. Disatu sisi masyarakat akan ditawari pilihan yang lebih beragam. Namun, bagaimana dengan produsen-produsen kecil domestik yang tidak mampu bersaing hingga kancah internasional?

Dalam laporan statistik ASEAN per November 2012, terlihat bahwa hampir sebagian besar hubungan perdagangan, ekspor-impor produk yang dilakukan negara-negara anggota lebih banyak dilakukan terhadap negara-negara di luar ASEAN. Hal tersebut menunjukkan bahwa kerjasama regional yang dilakukan tidak dilakukan secara efektif dan maksimal. Padahal jika dilakukan perdagangan intra-ASEAN maka biaya distribusi yang dilakukan akan lebih murah. Terdapat faktor lain yang dimungkinkan adalah kerjasama regional ini lebih bersifat kompetitif dibandingkan upaya untuk saling melengkapi kebutuhan antar negara anggota. Adanya kesamaan mayoritas produk antar negara menjadi salah satu faktor persaingan tersebut. Seharusnya, jika ketahanan pemenuhan kebutuhan internal regional dapat saling mendukung maka kerjasama regional ini dapat menjadi entitas regional yang tidak kalah dengan EU.

Untuk menghindari makin melemahnya kekuatan ekonomi dalam negeri, pemerintah sendiri seharusnya memberi regulasi yang tegas dan tepat guna dalam membekali persaingan internasional yang semakin ketat. Dengan kekayaan alam yang melimpah seharusnya pemerintah dapat memberi kebijakan-kebijakan untuk mengutamakan hasil produk-produk agraris dalam negeri dan menyaring impor-impor yang tidak perlu. Pemerintah kurang memprioritaskan kepentingan-kepentingan rakyatnya. Di sisi lain, sudah mulai terbentuk mentalite dalam masyarakat bahwa produk-produk impor pasti lebih baik dari pada produk dalam negeri.

Apakah masyarakat Indonesia sudah siap dengan adanya kerjasama regional? Dengan momentum ASEAN Community 2015, bagaimana bangsa Indonesia menghadapi serangan yang datang dari masyarakat ASEAN? Tentu pertanyaan lain muncul, apa dan bagaimana para calon pemimpin bangsa kita sudah siap menghadapi tantangan tersebut?

Dari begitu banyak tantangan di atas, tentu sesungguhnya tersimpan peluang yang jauh lebih banyak lagi. Antara peluang dan tantangan, mari saling 'membantu', mem-politisasi regional dan me-regionalkan 'politik'.

Pentingkah Politik Regional? #Part1&2 adalah hasil diskusi dalam

Grup Diskusi Liberal Arts - Forum Indonesia Muda

Penyusun: Armyta Rahardhani, M.Si – Asisten Peneliti di European Partnership Research Center UI

http://www.bloomberg.com/video/63081396-indonesia-s-natalegawa-interview-on-diplomacy.html

http://www.asean.org/images/2013/resources/statistics/external_trade/table18.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun