Tak ada yang menyangkal kelebihan perbankan syariah. Kelebihan itu tentu saja terkait dengan semangat ummat Islam untuk mengikuti secara utuh aturan agama. Tak terkecuali, dalam masalah penggunaan jasa perbankan. Tetapi, di luar kelebihan yang terkesan subyektif itu, perbankan syariah juga menawarkan banyak kelebihan. Salah satunya adalah kemampuan perbankan yang baru muncul di tahun 1992 ini untuk menyalurkan kredit, terutama kredit produktif, kepada masyarakat.
Jika di rata-rata, maka kemampuan perbankan syariah itu telah mencapai 97 persen. Angka ini jauh lebih besar dari kemampuan bank-bank konvesional dalam menyalurkan dana kepada masyarakat yang hanya 58 persen. Bahkan, dari beberapa laporan keuangan perbankan, ada bank syariah yang mampu menyalurkan hingga 112 persen dananya kepada masyarakat, yakni 100 persen dari dana pihak ketiga (penabung) dan 12 persen dari modalnya sendiri (Harian Republika).
Sedangkan pada saat yang sama, bank-bank konvesional lebih memilih menggunakan dana dari pihak ketiga untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) daripada menguncurkannya kepada masyarakat. Kondisi ini bahkan sempat menjadi sorotan tajam mantan Wakil Presiden, Yusuf Kalla, yang mengingatkan kalangan perbankan untuk lebih berperan dalam menggerakkan sektor riil.
Namun, dengan berbagai kelebihan tersebut, pergerakan jumlah nasabah perbankan syariah tidaklah berjalan dengan progresif. Share nasabahnya masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah nasabah bank-bank konvensional. Begitu pun dengan total asset perbankan syariah dibandingkan dengan total asset perbankan konvensional yang masih relatif kecil. Ini kurang lebih menggambarkan masih dibutuhkan waktu dan kerja keras yang panjang dari stakeholders perbankanan syariah untuk mensejajarkan dengan perbankan konvensional.
Kondisi ini tentu saja terkait dengan pola konsumsi sebagian besar masyarakat yang telah terbiasa dengan layanan jasa perbankan konvensional. Puluhan tahun mereka menabung, mengajukan kredit rumah, atau mengajukan kredit kepemilikan kendaraan bermotor, melalui bank-bank konvensional. Dan berbicara perubahan pola konsumsi, termasuk layanan perbankan, bukan sebuah perkara mudah.
Tetapi, bukan berarti pula kondisi tersebut mustahil untuk diubah. Bagi saya, salah satu celah yang bisa dilakukan oleh perbankan syariah untuk mengubah pola konsumsi layanan perbankan sekarang adalah meng-image-kan diri sebagai bank yang humanis. Dengan demikian, image yang harus dibangun adalah perbankan syariah sebagai perbankan dengan kemampuan besar untuk mengangkat banyak orang tidak mampu menjadi insan-insan mandiri.
Modal awal untuk membumikan image ini terbilang kuat. Fakta tentang keberpihakan perbankan syariah yang besar dan nyata dalam menggerakkan sektor riil adalah modal awal tersebut. Modal awal ini dapat diperkuat dengan memberdayakan dana CSR untuk membantu usaha-usaha produktif di masyarakat. Bahkan jika diperlukan, maka sebagian dana promosi dapat dialihkan untuk membiayai program ini.
Pada konteks ini, mungkin langkah BNI Syariah Cabang Bogor patut dijadikan contoh. Sudah hampir satu tahun lebih, BNI Syariah Cabang Bogor melakukan kerjasama dengan BAZ Kota Bogor. Kerjasama itu terwujud dengan penyaluran bantuan dana bergulir dari BNI Syariah Cabang Bogor untuk program pemberdayaan ekonomi yang dimiliki BAZ Kota Bogor, yaitu dana berkah. Melalui kerjasama ini, ada kurang lebih 33 penggiat UKM yang sebagian besarnya adalah perempuan dan pemula, menerima bantuan modal dan pendampingan (sumber: www.bazkotabogor.or.id).
Kerjasama ini sangat memungkinkan untuk diperluas dan ditempuh oleh bank-bank syariah lain. Melakukan kerjasama serupa dengan BAZ atau LAZ, sehingga perbankan syariah mampu mengangkat lebih banyak masyarakat dari jeratan kemiskinan. Jadi melalui program ini, masyarakat akan diajak untuk memahami bahwa menabung di perbankan syariah tidak hanya aman secara syariah atau bermanfaat untuk diri sendiri. Tetapi juga, memiliki kesempatan untuk menebar manfaat terhadap sesama.
Sebuah pesan indah yang rasanya mampu ditangkap dengan mudah oleh sebagian besar masyarakat. Dan mudah-mudahan, image itu pula yang akan menggerakkan lebih banyak orang untuk datang ke kantor-kantor bank syariah untuk membuka rekening baru. Karena mereka ingin berada dalam satu barisan untuk mengangkat lebih banyak dhuafa menjadi mandiri. Amin….ARW
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H