Mohon tunggu...
ara wiraswara
ara wiraswara Mohon Tunggu... -

lahir dan besar di bayah...SMA, kuliah, dan kerja di Bogor..saya cinta menulis...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belgia: antara Tenis, Coklat, dan Politik

1 Februari 2011   07:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:00 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1296544108273118555

Referensi saya tentang Belgia relatif terbatas. Nama Belgia tertanam di benak saya kali pertama saat seorang teman yang ikut pertukaran pelajaran ke Belgia, bertutur tentangnya. Menurut kawan saya, Belgia itu menyimpan sejuta pesona yang tidak didapatkannya di Indonesia. Untuk membuktikan dengan sejumlah foto yang diambilnya selama tinggal setahun di Belgia. Dan saya memang harus mengamini pendapat kawan saya tersebut. Belgia memang indah. Referensi saya tentang Belgia bertambah ketika kejuaraan tenis putri dunia didominasi dua nama berkebangsaan Belgia. Kim Clijsters dan Justine Henin adalah ke dua nama tersebut. Ke dua nama yang juga mewakili dua entitas bahasa dan budaya yang mendominasi Belgia, yaitu Belanda dan Perancis. Kim mewakili entitas bahasa dan budaya Belanda. Sedangkan Henin mewakili entitas bahasa dan budaya Perancis (semoga saya tidak terbalik untuk menyebutkannya-red). Dari dua referensi ini kemudian berkembang pada cerita lain yang bertajuk coklat. Adalah iklan es krim dengan merk dagang 'Magnum' yang memperkenalkan Belgia sebagai bangsa dengan komoditi coklat yang diklaim istimewa. Tengoklah label yang tercantum di bungkus es krim keluaran Wall's ini. 'Made By Belgium Chocolate'. Begitu isi tagline yang ditulis dengan huruf emas tersebut. Dengan iklan yang membanjiri televisi setiap hari, jadilah klaim tentang keistimewaan coklat Belgia terpatri di benak banyak orang. Tak terkecuali saya. Semua tentu saja, berawal dari demam es krim 'Magnum' di mana-mana. Akhir-akhir ini, saya mendapat referensi lain tentang Belgia. Kali ini, bukan tentang Belgia yang menyenangkan seperti kata kawan saya. Bukan pula tentang serunya persaingan tenis putri dunia karena ke dua pendekar tenis asal Belgia. Dan bukan juga tentang ranum dan lezatnya coklat Belgia. Karena referensi kali ini terkait persoalan politik. Politik sejatinya adalah alat perjuangan untuk mencapai sebuah kemaslahatan bersama. Tetapi, tujuan mulia itu akan tercerai-berai entah ke mana ketika agenda pribadi dan golongan lebih mendominasi proses pencapaian tersebut. Itulah yang terjadi di Belgia saat ini. Pemerintahan harus mengalami vakum selama beberapa bulan. Pokok persoalannya bersumber dari menajamnya konflik antara para politisi berbahasa Belanda dan para politisi berbahasa Perancis. Jika rivatlitas Kim dan Henin di dunia tenis menarik untuk disaksikan, maka rivalitas antara para politisi itu justru membuat rakyat Belgia merasa muak dan mereka perlu melakukan sesuatu. Jadilah jalanan di ibukota Brussel yang juga ibukota Uni Eropa dipenuhi aksi unjuk rasa yang meminta para politisi segera melakukan rekonsiliasi. Karena di tengah kemajuan negara tersebut, kondisi politik menjadi anomali yang membuat banyak orang di berbagai belahan dunia mengernyitkan dahi sebagai tanda ketidakmengertian mengapa terjadi di Belgia. Ah, memang rivalitas para politisi selalu jauh tak menarik dibandingkan pertandingan tenis atau menikmati ranumnya coklat Belgia. ARW

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun