Mohon tunggu...
AR Mutajalli
AR Mutajalli Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student | Blogger | Citizen Journalism | Freelance Photography | Videographer | 2A4561B9 | Subscribe My Channel on YouTube >> http://www.youtube.com/user/MsErig

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jeritan Rakyat Kecil di Jakarta [Mengutuk Pemerintah DKI]

13 September 2014   21:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:47 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jumat kemarin (12/09) saya main ke monas. Saya penasaran melihat beberapa tenda yang tersusun rapi dipelataran Monas. Rupanya tenda itu untuk acara Lebaran Betawi yang digelar setiap tahun. Di sudut lain saya melihat beberapa orang yang sedang mempersiapkan kincir angin, mungkin untuk hiburan bagi pengunjung di acara Lebaran Betawi itu.

Namun, belum juga kincir angin itu selesai terpasang, rombongan Satpol PP menghampiri mereka dan membawa kerenjang kincir angin dan menyuruh mereka mombongkarnya. Entahlah, mungkin pengelola kincir angin itu belum mengantongi izin untuk beroperasi di acara tersebut. Saya hanya bisa merekamnya dari jauh.

Rekamannya bisa dilihat disini

Tidak jauh dari tempat itu, ada warga yang marah ampun-ampunan mengutuk sikap arogan Satpol PP tersebut. Dia mengaku bernama Ambon, karena asalnya memang dari Ambon. Dia mengutuk Jokowi karena telah membuat mata pencariannya hilang. Dia juga mengutuk Ahok karena dengan seenaknya mengusir mereka dari Monas yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah.

Dia mengaku pernah diboyong oleh satpol PP ke dinas sosial dan tidak diperlakukan dengan baik. Mereka digabung dengan orang gila/tidak waras dan hampir membuat dirinya juga ikut gila. Setelah beberapa hari kemudian mereka dilepas tanpa diberi bekal keterampilan atau pekerjaan untuk bisa menyambung hidup.

Sikap Satpol PP (Pemerintah) menurutnya akan memaksa orang-orang yang seperti mereka menjadi preman. Karena usaha yang menurut mereka halal, tidak mengganggu orang lain, dengan berdagang keliling di area Monas, malah diganggu dan diusir oleh Satpol PP.

Dan parahnya setelah PKL-PKL ini diusir keluar dari Monas, beberapa saat kemudian beberapa Satpol PP mendatangi mereka dan meminta rokok ke PKL yang sudah mereka usir tadi. Begitu menurut pengakuan si Ambon. Saya hanya bisa merekam uneg-unegnya dengan sembunyi-sembunyi.

Rekamannya bisa dilihat disini

Entahlah..

Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun