Masih teringat saat saya melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Nanggung, Kabupaten Bogor. Selama sebulan, banyak hal yang saya dan teman-teman lakukan disana. Mulai dari membuat penyuluhan untuk warga setempat hingga ke sekolah-sekolah untuk mengamalkan ilmu yang kami dapat selama di kampus.
Namun ada satu hal yang membuat saya dan teman-teman sedih, bahkan ada yang sampai meneteskan air mata. Yaitu ketika kami mengunjungi satu sekolah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Sangat berbahaya bagi keselamatan murid dan guru yang ada di sekolah itu.
[caption id="attachment_342003" align="aligncenter" width="532" caption="Kondisi SD Nangela di Desa Nanggung, Kab. Bogor"][/caption]
foto lainnya bisa dilihat disini
Setiap saat guru dan murid was-was karena bisa saja tiba-tiba sekolah itu rubuh dan menimpa mereka. Lantai yang sudah tidak bertegel dan kembali kebentuk asalnya, tanah, sangat mengganggu bagi kesehatan. Karena anak-anak yang notabene banyak bergerak saat di dalam kelas membuat debu beterbangan dan terhirup oleh mereka. Selain itu disamping sekolah juga ada kandang kambing yang baunya sangat menyengat, mengganggu proses belajar mengajar.
Dan tidak menutup kemungkinan hal yang sama juga terjadi di daerah-daerah lain, bahkan mungkin lebih parah.
Yang ingin saya sampaikan disini adalah kemana semua anggaran pendidikan yang banyak itu? Padahal dalam sektor pendidikan nasional, kementerian pendidikan diberikan anggaran hingga mencapai 20 persen dari APBN tiap tahunnya (Tahun 2014 sebesar Rp 371,2 Triliun). Bahkan anggaran tersebut merupakan anggaran terbesar ketiga jika dibandingkan dengan kementerian lainnya.
Mungkin inilah yang dimaksud oleh Bapak Prabowo Subianto tentang kebocoran anggaran negara yang mencapai Rp 1.160 triliun tiap tahun dan salah satunya lewat APBN sebesar Rp 500 triliun. –itu duit semua bro!– tapi bukan itu yang ingin saya bahas.
Yang ingin saya bahas adalah bagaimana agar masyarakat Indonesia bisa menikmati pendidikan berkualitas yang layak dan berkarakter, bukan hanya gratis tapi juga layak dalam hal fasilitas, pengajar, dan semua penunjang-penunjang lainnya. Untuk apa juga gratis kalau anak-anak yang ingin sekolah tidak punya seragam, sepatu, buku, dan biaya transportasi.
Seperti pengakuan salah satu murid SMP di tempat KKN saya. Dia harus mengeluarkan biaya minimal Rp 20.000 setiap hari untuk biaya angkutan umum agar bisa sampai ke sekolah. Dan yang dia sesalkan ketika sampai di sekolah gurunya malah tidak masuk, atau masuk hanya memberikan tugas tanpa diterangkan.
Untuk memperbaiki semua itu, kita membutuhkan pemimpin yang betul-betul meperhatikan pendidikan dan memiliki konsep yang matang dalam bidang pendidikan. Tahun ini adalah kesempatan kita untuk mewujudkan pendidikan yang layak, berkualitas, dan berkarakter untuk anak-anak kita dan untuk generasi emas Indonesia dimasa depan. Dengan cara memilih pemimpin yang memiliki konsep matang dalam bidang pendidikan pada pilpres 9 Juli nanti.
Setelah mengamati dan membandingkan visi-misi kedua pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang bartarung pada pemilu kali ini, khususnya visi-misi dalam bidang pendidikan, saya mutuskan untuk memilih pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Saya menemukan hal menarik dalam visi-misi beliau dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Revolusi Putih.
Revolusi putih maksudnya adalah menyediakan susu untuk anak-anak sekolah dengan cara mendirikan proyek sapi perah dan kambing. Hal ini penting untuk meningkatkan kesehatan dan menjaga kualitas gizi anak-anak sekolah. Selain itu juga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk warga setempat untuk menjaga peternakan sapi perah tersebut.
Logikanya, jika susu saja sudah bisa disediakan untuk anak-anak sekolah maka hal seperti seragam, sepatu, buku, dan biaya transportasi untuk anak sekolah juga pasti sudah dijamin oleh beliau. Visi-misi selengkapnya bisa didownload di selamatkanindonesia.com
Semoga apa yang saya dan kita semua harapkan untuk pendidikan Indonesia yang berkualitas dan berkarakter bisa terwujud di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H