Mohon tunggu...
AR Prasetyo
AR Prasetyo Mohon Tunggu... -

There is a pleasure in the pathless woods There is a rapture in the lonely shore; There is society, where none intrudes, By the deep sea, and music in its roar: I love not man the less, but Nature more... - Lord Byron -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Satu dalam Cincin Api

21 September 2011   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tiba-tiba saya teringat sebuah masa ketika sedang duduk di sekolah dasar, saat-saat pertama kita sebagai anak bangsa diajarkan mengenai kekayaan yang dimiliki oleh Tanah Air kita. Terngiang seorang teman yang menyanyikan lagu Koes Plus “Bukan lautan hanya kolam susu…Tongkat kayu dan batu jadi tanaman..”. Sebuah syair yang menurut saya tidak berlebihan tentang melimpahnya apa yang diberikan alam pada negeri ini. Terbayang juga 17.000 lebih pulau yang dimiliki hingga banyaknya gunung yang ada. Tak terlintas di pikiran saat itu bahwa gugusan gunung-gunung api tersebut membentuk suatu cincin api yang menjadi bagian utuh dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Sayangnya, mungkin kebanyakan orang mengenal gunung berapi lewat jalan yang boleh dibilang kurang tepat. Tak sedikit orang mengetahui adanya suatu gunung berapi di suatu daerah lewat pemberitaan mengenai gunung api yang berstatus siaga dan diperkirakan akan meletus. Bahkan lebih miris lagi yaitu melalui berita mengenai korban yang jatuh dan mengungsi akibat bencana alam setelah erupsi gunung berapi. Menurut saya, ini sebuah cara yang salah untuk belajar memahami dan mencintai “sang cincin api”.

“Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” Demikianlah yang pernah diucapkan oleh Soe Hok Gie. Ada berbagai cara mengenal kekayaan kita yang satu ini. Saya kurang tahu apakah sudah ada atau belum, namun mungkin perlu dibuatkan suatu bahasan khusus mengenai vulkanologi di sekolah-sekolah. Sebuah bahasan yang terpadu juga dengan sistem penanggulangan bencana alam akibat gunung berapi.

Gunung berapi tidak hanya menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat sekitarnya. Tanah yang subur dan tentunya keindahan gunung tersebut dapat menjadi berkat bagi penduduk yang ada. Mungkin semua momen yang tercipta dari aktivitas gunung-gunung api tersebut dapat mengingatkan kita bahwa Indonesia sangatlah luas dan kita harus tetap satu dalam cincin api tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun