Mohon tunggu...
AR Prasetyo
AR Prasetyo Mohon Tunggu... -

There is a pleasure in the pathless woods There is a rapture in the lonely shore; There is society, where none intrudes, By the deep sea, and music in its roar: I love not man the less, but Nature more... - Lord Byron -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hijaunya Taman di Ho Chi Minh City

26 Oktober 2012   07:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya termasuk orang yang percaya bahwa keadaan taman di sebuah kota dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan di kota tersebut.

Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi Vietnam dan kota yang saya datangi adalah ibukota Ho Chi Minh City yang lebih dikenal dengan Saigon. Kota yang terletak dekat delta sungai Mekong ini dulunya adalah wilayah dari Kambodja yang bernama Prey Nokor sebelum akhirnya ditaklukkan oleh bangsa Vietnam pada abad ke 16 dan berganti nama menjadi Saigon. Nama Ho Chi Minh sendiri diberikan untuk menghormati pemimpin komunis Vietnam, Ho Chi Minh.

Pagi itu cuaca begitu cerah dan saya berniat untuk berjalan kaki keliling kota terutama untuk mengunjungi beberapa museum dan bangunan peninggalan yang menjadi objek wisata menarik kota ini. Tepat di depan Pham Ngu Lao area, daerah saya menginap terdapat taman yang membentang cukup panjang.. Saya pun berjalan di pinggir taman yang bersisian dengan jalan utama.

Taman kota tersebut terbilang cukup teduh karena banyak sekali pohon besar, tanaman dan rumput yang hijau. Bangku-bangku tamannya pun dalam keadaan yang terawat. Tidak lama kemudian, saya memasuki kawasan niaga di kota tersebut. Terbilang cukup rapi dan bersih, sama seperti di Indonesia, di depan toko berjualan banyak orang yang sedang duduk bersantai sambil bercakap-cakap.

Kurang dari 10 menit perjalanan, saya dikejutkan lagi oleh adanya taman kota yang lain. Yang kedua ini terlihat lebih bagus karena dilengkapi gazebo-gazebo dan patung-patung. Di sekitar taman terlihat kaum lansia yang sedang berolahraga, sekumpulan mahasiswa yang sedang berdiskusi dan juga orang-orang yang sedang duduk bersantai. Tidak terlihat ada pedagang kaki lima di taman yang terbuka tersebut.

Ketika kemudian saya melanjutkan perjalanan mengunjungi landmark kota seperti War Remnants museum, Gereja Notre Damn dan Reunification Palace saya selalu menemui taman kota serupa yang hijau, bersih, adem dan indah. Benar-benar dapat menjadi tempat persinggahan yang nyaman bagi para pejalan kaki di tengah panas terik siang itu.

Memang di Jakarta terdapat beberapa taman yang cukup hijau, namun tidak begitu luas dan jumlahnya tidak banyak. Saya membayangkan seandainya di Jakarta dan kota-kota di Indonesia banyak terdapat taman-taman kota yang bukan hanya bisa menjadi paru-paru kota, namun juga dapat menjadi tempat warganya beraktifitas yang positif dan kemudian meningkatkan kualitas hidup.

13512358601411351174
13512358601411351174

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun