Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Whale Watching, Eksotisme Albany dan Kekejaman Masa lalu

26 Juli 2015   08:25 Diperbarui: 26 Juli 2015   09:46 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Curtin Experience, sebuah kegiatan yang dirancang oleh curtin stadium leisure centre untuk melakukan Albany historical journey. sebuah paket perjalanan yang dikhususkan untuk mahasiswa International menjelajah dan menikmati eksotiknya western Australia. Dalam Perjalan bersama curtin experience kali ini sangat menantang, iya bagaimana  tidak menantang dalam suhu dibawa lima derajat di pagi hari, dan ditengah angin musim dingin yang menderu rombongan kecil ini mengantri di wahana "ngintip" paus. Benar saja setengah jam setelahnya kami sudah berada pada buritan kapal kecil yang menampung 30 orang penumpang dan awak kru ini. Menelusuri pesisi Albany "hanya" sekedar mencari dan melihat dari dekat bagaimana makhluk paling besar yang ada di samudra ini. Air laut yang pada awalnya tenang ditepi pantai, perlahan lahan menunjukkan wajah aslinya. Bergelombang, berangin dan sedikit diselingin hujan yang cukup membasahi penumpang yang memutuskan untuk bertahan dianjungan.

Ketika menuju lepas pantai dan memandang lepas kearah laut selatan, seolah olah kami meninggalkan peradaban dan menuju dunia yang entah ada dimana. Meskipun diawal breafing diberitahukan bila terjadi sesuatu dengan kapal yang kami tumpangi pertolongan akan datang tidak lebih dari 30 menit, wow amazing kayaknya. Namun demikian kami, khsusnya saya tidak menginginkan hal hal terjelak terjadi dalam perjalan kami.  Selama hampir 3 jam kami menelusuri lepas pantai albany dan kami tidak menemukan makhluk yang kami incar, namun pada ujung pulau terluar Albany sebelum "menyeberang" kelaut selatan kami menemukan singa laut New Zealand ( itupun katanya crew kapal yang kami tumpangi). 15 menit kami berusaha menikmati atraksi singa laut yang ukurannya cukup kecil dan mungil ini di lereng lereng teping bebatuan dan mereka sepertinya mengerti bila diperhatikan dan ada beberapa atraksi menarik dari dua atau tiga ekor singa laut itu.

Kami mencoba bertanya kepada nahkoda kapal, mengapa kita berhenti disini? katanya disini adalah titik teraman terjauh yang mungkin dijangkau untuk penumpang umum seperti para wisatawan ini, dan akhirnya kami pasrah juga dengan keputusan sang nahkoda kapal. Sejurus kemudian kapal diarah untuk bertolak dari pulau ini dan mengarah ke pelabuhan Albany. Namun beberapa saat kemudian ada seorang penumpang yang melihat semburan air dari badan Paus yang sedang berenang. Sontak kami semua yang berada dikapal berteriak kegirangan melihat tanda tanda adanya makluk terbesar dalam air itu. Sontak saja sang nahkoda mengalihkan arah kapal menuju kearah paus tadi.

Mengejar paus dalam cuaca seperti ini sepetinya suatu keputusan yang berani demi hanya "melihat" paus yang sedang mencari kehangatan disekitar pulau pulau disekililing Albany. Benar saja sejam kapal yang kami tumpangi berusaha mencapai titik dimana paus tadi memunculkan tanda tanda keberadaannya. Saya langsung mengambil posisi paling ujung geladak dengan senjata kamera di tangan plus beberapa ikatan pengamanan agar kamera tidak terlepas dari badan dan tidak terendus air laut. Perjalanan menuju titik paus muncul ternyata "lebih parah" dari perjalanan tiga jam yang kami lalui sebelumnya. Bagaimana tidak parah, lha wong gelombang laut yang bergelora diterjang oleh kapal "pesiar" ini. Ada empat atau lima kali gelombang kurang lebih dua meteran diterjang oleh kapal ini. Suasanya ini menjadi sangat ekstrim bila dilhat dari suhu dilaut yang mendekati titik nol ini. terlebih lebih bila berdiri dianjungan yang paling ujung. Dimana saya lihat hampir semua penumpang tidak ada yang berdiri di tepi kapal. Kebanyakan duduk di tempak duduk yang disediakan atau menunggu di dalam kehangatan geladak kapal. Sesaat saya berfikir " saya ini kayak orang gila" dengan pengaman yang seadanya, berdiri diujung anjungan kapal, kondisi angin dingin dan gelombang besar laut yang menggelora cuman berbekal pengangan satu tangan dimana tangan satunya berusaha mengabadikan keadaan. Mungkin ini dikarenakan saya percaya dengan sistem keselamatan dari paket perjalanan ini, atau mungkin karena saya sudah pernah menghadapi sesuatu yang lebih menantang dari ini, atau memang saya sedang menguji nyali dan mencari "mati" karena kondisi hati yang sedang mencari kesungguhan arti kehidupan atau memang  saya manusia tanpa urat ngeri.

Benar saja, Paus besar terlihat samar meskipun tertutup gelombang besar air laut, namun volume badan dari mahkluk ini sangat terlihat, meski kamera saya gagal mendapatkan gambar idealnya. Hanya banyangan putih dalam air laut yang bisa ketangkap kamera. Perjalanan "pengejalan" ini dihentikan ketika didapati seorang penumpang mendadak drop dan mengalami mabuk laut yang parah. Iya ada yang sampai muntah dan memuntahi orang didekatnya. Saya sendiri tidak tahu bagaimana kejadiannya karena saya sangat disibukkan dan menikmati "genjotan-genjotan" gelombang laut yang mengambang ngambingkan kapal yang kami tumpangi.  Sang Nakhkoda sangat wise ketika memberitahukan bila kita coba melihat sisi lain dari gugusan pulau ini untuk melihat paus yang lainnya. Padahal saya mengerti ini adalah upaya untuk mengalihkan kekecewaan penumpang yang hampir saya melihat si Paus di kejauhan laut sana.  Perjalanan menuju "tempat lain" tidak lah semenarik ketika mengejar si Paus tadi dan tepat pukul 1.30 PM kami sudah mendarat lagi di Pelapuhan Albany untuk kemudian melanjutkan perjalanan kemujuan Albany Discovery Bay.

Di Albany Discovery bay ini kami mendapatkan pengetahuan tentang sejarah perburuan Paus di Australia, Mengerikan itu kesan pertama yang kami dapatkan. Bagaimana tidak mengerikan didalam tour kami diajak berkeliling lokasi yang dulunya adalah " ladang pembantaian" paus yang hanya sekedar ingin diambil minyak ikan pausnya. Dalam tour kalini dipaparkan bagaimana mereka menangkap dan kemudian menguliti, memotong motong, memasaknya, memeras agar muncul minyaknya. Semua display dengan jelas mengambarkan kejadian pada waktu itu, ditambahkan lagi dengan adanya efek suara yang dibikin seolah olah kita sedang melihat dang mengamati proses "pembantaian" tersebut. Pada suatu titik kami juga dihantarkan pada koleksi tempat ini yaitu berupa kerangka paus biru yang maha besar, sangat besar sekali, ukurannya 22 meter panjangnya. Selain kerangkan paus biru yang besar ditempat ini juga didispplay kerangka paus terakhir yang ditangkap dan dioleh oleh tempat ini sebelum ditutup pada tahun 1978. Lega rasanya mengetahui tempat ini ditutup setahun setelah kelahiran saya, hehehehehe ndak nyambung kali......

Perjalanan di Albany Discovery Bay ini ditutup dengan pemutaran 3 Film documenter, film pertama menceritakan tentang whailing atau perburuan ikan paus dan usaha usaha pelestariannya saat ini. Film kedua menceritakan bagaimana tentang Hiu dan industri yang terkait dengan penangkatan Hiu serta usaha pelestarian dan menghindarinya. Film ketiga adalah film 3 dimensi yang sangat menarik tentang usaha usaha pelestarian lingkungan laut.......detail saya kurang ngeh dengan film ini karena suasana gedung theathernya nyaman dan touring seharian yang sangat melelahkan menjadikan mata ini memilih terpejam dari pada menyaksikan film documenter terkahir ini.

Setelah keluar dari tiga "tabung" Theather ini, kami menjelajah monument kapal pemburu paus, dimana didalam kapal ini masih dilengkapi dengan peralatan peralatan yang digunakan waktu berburu, termasuk senjata pamungkasnya. Semua sisi kapak kami masuki satu persatu, masih persis seperti waktu beroperasi dan dari sini saya bisa membayangkan bagaimana adventures mengerikan memburu makhluk terbesar lautan ini dilakukan. Dari Monumen kapal ini kamu mengakhir perjalanan laut kami dan dilanjutkan berburu sunside  di puncak Mt barker  salah satu puncak bukit yang didedikasikan untuk mengenang para pahlawan Anzac yang berperang selama perang dunia pertama.

Perjalanan kami di Albany kali ini lebih berkesan sesuatu yang mengerikan dimasa lalu, Perang, saling bunuh, merusakan alam untuk kepentingan komersil dan satuhal yang bisa dipelajari adalah semua itu diabadikan agar tidak terulang dimasa depan.  Satu perjalanan yang cukup berharga kali ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun