Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah Ekonomi Pembangunan, Ekonomi Perubahan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Desa Wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Koin Jagat: Sebuah Fenomena Teknologi yang Menggejala

19 Januari 2025   19:30 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koin Jagat telah menjadi salah satu fenomena paling menarik dalam dunia aplikasi berbasis teknologi di Indonesia. Menggabungkan elemen augmented reality dengan permainan berbasis lokasi, aplikasi ini menciptakan pengalaman interaktif yang melibatkan ribuan pengguna di seluruh negeri. Dengan daya tarik hadiah uang tunai, mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 100 juta, Koin Jagat memanfaatkan motivasi manusia yang dijelaskan dalam expectancy theory oleh Vroom, Porter, dan Lawler (2015).
Namun, di balik popularitasnya, Koin Jagat juga menciptakan dampak sosial, lingkungan, dan budaya yang signifikan. Tren ini menunjukkan bagaimana inovasi teknologi, meskipun menarik dan menjanjikan, dapat memiliki konsekuensi negatif jika tidak dikelola dengan tepat.

Daya Tarik Ekonomi: Insentif dan Ekspektasi
Koin Jagat memanfaatkan motivasi berbasis imbalan untuk menarik pengguna. Berdasarkan teori ekspektasi, individu termotivasi untuk bertindak jika mereka percaya usahanya akan menghasilkan hasil yang sepadan. Dalam kasus ini, hadiah besar menjadi daya tarik utama.
Namun, pendekatan ini juga memicu tantangan etis. Tren serupa terlihat dalam judi online, di mana ekspektasi hadiah instan dapat memicu adiksi dan perilaku impulsif. Berdasarkan data PPATK, terdapat 4 juta pengguna judi online di Indonesia, termasuk anak-anak. Fenomena ini mencerminkan kerentanan masyarakat terhadap godaan hadiah besar tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Dampak Sosial dan Lingkungan: Kerusakan Kolektif
Permainan ini telah menciptakan kerusakan signifikan di ruang publik. Di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali, taman kota, fasilitas umum, dan infrastruktur rusak akibat aktivitas pemain yang mencari koin. Di Jakarta, fasilitas di Gelora Bung Karno dan Taman Lapangan Banteng mengalami kerusakan parah.
Dampak ini mengingatkan pada konsep disaster capitalism dari Naomi Klein (2007), di mana krisis sering kali menjadi peluang bagi aktor tertentu untuk meraih keuntungan. Misalnya, rehabilitasi fasilitas publik yang rusak membuka ruang bagi perusahaan untuk mengelola proyek tersebut, sering kali tanpa transparansi penuh.

Konsekuensi Sosial: Ketimpangan dan Thulul Amal
Fenomena ini juga mencerminkan dampak budaya "panjang angan-angan" atau thulul amal. Dalam Islam, konsep ini merujuk pada ambisi duniawi yang berlebihan, sering kali dengan mengorbankan nilai-nilai spiritual dan sosial. Rasulullah SAW memperingatkan bahwa panjang angan-angan dapat menyebabkan seseorang melupakan tanggung jawabnya terhadap masyarakat (HR. Bukhari no. 6420).
Koin Jagat menunjukkan bagaimana harapan akan hadiah besar dapat menciptakan perilaku serakah, mengorbankan ruang publik, dan memperparah ketimpangan sosial. Kelompok rentan, seperti pekerja migran, sering kali menjadi korban utama dari kerusakan ini.

Respons Pemerintah: Dari Penanganan Taktis ke Strategis
Pemerintah daerah, seperti di Surabaya dan Bandung, telah merespons dengan memasang pembatas di lokasi terdampak dan melarang aktivitas berburu koin. Namun, langkah ini bersifat reaktif dan belum menyelesaikan akar masalah. Dibutuhkan regulasi yang lebih ketat untuk memastikan ruang publik terlindungi dari eksploitasi berbasis teknologi.
Regulasi tersebut harus mencakup batasan lokasi, keterlibatan pengembang aplikasi, dan mekanisme pengawasan. Selain itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga fasilitas publik juga diperlukan. Kampanye berbasis komunitas dapat membantu meningkatkan kesadaran kolektif.

Potensi Transformasi: Membingkai Ulang Teknologi
Permainan seperti Koin Jagat sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi alat transformasi sosial jika dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial. Misalnya, pengembang dapat menggantikan hadiah uang tunai dengan insentif berbasis komunitas, seperti donasi untuk kegiatan sosial atau lingkungan.
Dengan melibatkan masyarakat dalam desain permainan, Koin Jagat dapat menjadi sarana untuk mempromosikan nilai-nilai kolaboratif, konservasi, dan kesadaran sosial.

Kesimpulan: Menyeimbangkan Harapan dan Tanggung Jawab
Koin Jagat adalah cerminan bagaimana inovasi teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi sekaligus tantangan sosial. Fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya menyeimbangkan ambisi dengan tanggung jawab kolektif. Dengan regulasi yang ketat, edukasi masyarakat, dan kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan komunitas, kita dapat mengarahkan teknologi ke arah yang lebih positif dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun