Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Entrepreneur University: Mendorong Kewirausahaan Komunitas

19 Agustus 2024   07:38 Diperbarui: 19 Agustus 2024   07:43 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kewirausahaan telah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan inovasi di seluruh dunia. Di Indonesia, kebutuhan akan lebih banyak wirausahawan sangat mendesak untuk mencapai status negara maju. Berdasarkan data terbaru, hanya sekitar 64 juta warga Indonesia, atau sekitar 4% dari total populasi, yang terlibat dalam kewirausahaan. 

Untuk mencapai status negara maju, persentase ini idealnya harus berada di kisaran 4% hingga 10%. Kesenjangan ini menimbulkan tantangan sekaligus peluang bagi institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi keagamaan, untuk memainkan peran transformasional dalam mendorong kewirausahaan.

Konsep Entrepreneur University melampaui sekadar pengajaran kewirausahaan dalam kurikulum. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan bisnis dan inovasi di kalangan mahasiswa dan dosen. Terinspirasi dari filosofi buku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki, yang menekankan pentingnya memiliki bisnis sendiri sebagai jalan menuju kebebasan finansial, Entrepreneur University berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam lingkungan pendidikan. Pendekatan ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ekonomi nasional, tetapi juga memberdayakan individu untuk menjadi pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja.

Perguruan tinggi keagamaan, dengan fokus mereka pada pembentukan karakter dan moralitas, memiliki posisi strategis untuk menjadi pilar kewirausahaan nasional. Dengan mengintegrasikan kewirausahaan dalam program pendidikan mereka, perguruan tinggi ini dapat menumbuhkan generasi baru wirausahawan yang tidak hanya sukses dalam bisnis, tetapi juga berlandaskan pada nilai-nilai etika yang kuat. Kombinasi unik ini menjadikan perguruan tinggi keagamaan sebagai kandidat ideal untuk membina wirausahawan yang bertanggung jawab secara sosial dan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi serta pembangunan komunitas.

Pengembangan Entrepreneur University tidaklah tanpa tantangan. Namun, tantangan ini juga membuka peluang untuk pertumbuhan dan inovasi. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain:

Keterbatasan Pendanaan: Salah satu hambatan terbesar dalam kewirausahaan adalah kurangnya akses terhadap sumber daya keuangan. Banyak mahasiswa dan dosen mungkin memiliki ide bisnis yang inovatif, tetapi tidak memiliki modal untuk mewujudkan ide tersebut. Entrepreneur University harus mengatasi tantangan ini dengan membangun kemitraan dengan lembaga keuangan, firma modal ventura, dan program pemerintah yang dapat menyediakan pendanaan bagi startup. Membentuk dana khusus untuk mendukung wirausahawan mahasiswa dan dosen akan menjadi langkah penting dalam mengatasi hambatan ini.

Minimnya Paparan terhadap Praktik Bisnis Nyata: Pendidikan tradisional sering kali berfokus pada pengetahuan teoritis, sehingga lulusan kurang siap menghadapi tantangan praktis dalam menjalankan bisnis. Entrepreneur University perlu menjembatani kesenjangan ini dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis pengalaman dalam program-programnya. 

Kesempatan magang, bimbingan dari wirausahawan berpengalaman, dan partisipasi dalam inkubator bisnis dapat memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dan wawasan tentang realitas kewirausahaan.

Hambatan Budaya: Di beberapa komunitas, terutama dalam lingkungan yang religius atau konservatif, kewirausahaan mungkin tidak didorong atau dihargai secara luas. Mungkin ada preferensi untuk jalur karier tradisional, seperti menjadi pegawai negeri atau bekerja di perusahaan yang stabil. 

Entrepreneur University harus bekerja untuk mengubah pola pikir ini dengan mempromosikan manfaat kewirausahaan dan menampilkan contoh sukses dari wirausahawan yang memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Pergeseran budaya ini sangat penting untuk mendorong lebih banyak mahasiswa untuk melihat kewirausahaan sebagai pilihan karier yang layak dan dihormati.

Teknologi dan Infrastruktur: Akses terhadap teknologi dan infrastruktur modern sangat penting untuk mengembangkan bisnis yang inovatif. Namun, banyak universitas, terutama yang berada di daerah pedesaan atau kurang berkembang, mungkin kekurangan sumber daya yang diperlukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun