Penurunan daya beli masyarakat menengah di Indonesia menjadi perhatian utama pada tahun 2024, terlihat dari beberapa indikator ekonomi yang menunjukkan gejala melemahnya konsumsi dan investasi di kalangan kelas menengah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi deflasi berturut-turut dari Mei hingga Juli 2024, yaitu sebesar -0,03 persen pada Mei, -0,08 persen pada Juni, dan meningkat menjadi -0,18 persen pada Juli 2024.Â
Penurunan daya beli ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, termasuk penurunan kinerja industri manufaktur, meningkatnya tingkat pengangguran, dan penurunan jumlah kelas menengah.
Tulisan ini akan membahas secara mendalam faktor-faktor tersebut dan bagaimana mereka mencerminkan penurunan daya beli masyarakat menengah di Indonesia.
Penurunan Kinerja Industri Manufaktur
Salah satu tanda awal dari penurunan daya beli masyarakat menengah di Indonesia adalah melemahnya kinerja industri manufaktur
Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, yang merupakan indikator kunci untuk menilai kesehatan sektor manufaktur, menunjukkan penurunan dari level 50,7 pada Juni menjadi 49,3 pada Juli 2024, yang menandakan bahwa sektor ini telah memasuki zona kontraksi.
Ketika PMI berada di bawah angka 50, ini berarti terjadi penurunan aktivitas di sektor manufaktur, yang mencerminkan berkurangnya produksi, pesanan baru, dan ketenagakerjaan.
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya permintaan baik dari pasar domestik maupun internasional.
Dalam negeri, masyarakat menengah yang merupakan konsumen utama dari produk manufaktur mulai mengurangi belanja mereka, akibat kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dan ketidakpastian masa depan. Sementara itu, permintaan dari luar negeri juga melemah, yang menyebabkan penurunan ekspor.