Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama Mana yang Paling Benar?

3 September 2017   14:55 Diperbarui: 3 September 2017   16:15 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertanyaan ini mungkin banyak menghinggapi mereka yang merasa aneh karena beberapa kelakuan orang orang yang terlihat beragama tapi masih melakukan tindak tindak yang kurang sepatutnya, misalnya korupsi, manipulasi, intimidasi atau si si lainnya. Lebih lebih setelah marak dilakukan tindak kekerasan dan memaksakan kehendak atas nama agama.

Kalau saya mah sih simple, Agama yang paling benar adalah agama yang bisa dimengerti dan pahami oleh umatnya, di sampaikan dengan cara yang indah, serta dipraktekkan secara seksama dalam bingkai menjunjung tinggi rasa kemanusiaan

refleksi diatas adalah bentuk pemahaman saya atas hadist  "al imanu huwa tasdiqul qolbi wal iqroru bilisan wal amalu bil arkan"

Apakah Hadist ini hanya berlaku bagi umat Islam? mari kita simak lebih lanjut.

Hadis ini seolah mengungkapkan bila segala sesuatu (ajaran) yang dipahami, dimengerti seharusnya membawa implikasi kesatuan gerak dan napas dari amalan lahir maupun bathin walaupun hubungan keadaannya terlihat (agak) terpisah (satu dihati, satu diamalan sehari hari).

Lebih detail hadis diatas memiliki tiga unsur

Pertama "tasdiqul qolbi": memantapkan pemahaman atas value (nilai) yang di yakini. Pemantaban atas pemahaman atas value ini membawa pengertian dan pemahaman yang komprehensif atas nilai yang dipercaya (agama), sehingga melandasi proses berfikir seseorang.

Setelah proses berfikir terstruktur dengan pemahaman nilai ini (Agama), maka masuklah pada unsur kedua yaitu "iqroru bilisan": pemantulan dari pemikiran yang dilandasi oleh nilai nilai yang dimengerti kedalam bentuk penyampain kepada orang lain. Penyampaian kepada orang lain ini bisa dalam bentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan misalnya: ucapan, pidato, diskusi atau gunjingan. Bentuk tulisan misalnya: naskah akademik di Journal, artikel di majalah atau koran, status di media sosial dan lain sebagainya. Kadang kala bentuk penyampaian yang kurang memiliki nilai nilai keluhuran pekerti (baca: Agama) atau informasi yang kurang valid dan tidak terukur maka akan menghasilkan bentuk penyampaian yang cenderung mendiskriditkan pihak pihak yang tidak sepahaman atau parahnya akan mudah sekali mengembar ngemborkan ujaran kebencian dan informasi hoax.

Ketiga "amalu bil arkan"; Mengamalkan apa yang dipahami dan apa yang diucapkan (baik lisan dan tulisan) dalam laku perbuatan yang menjunjung tinggi kemanusiaan

Sehingga dari sini terlihat tidak aneh bila ada seorang yang bersorban atau memakai rosario ditangan tiap hari, pergi ke klenteng rutin dan melakukan berbagai macam ritual harian mingguan, bulanan, tahunan yang beraneka ragam, namun kelakuannya masih membikin orang lain sakit hati (mencaci dan mengungkapkan kata kata kasar di podium), melakukan korupsi kitab suci atau pun melakukan kesepakatan jahat lainnya. Atau malah dibelahan bumi lainnya banyak oarang orang yang saling bunuh dan menghalalkan darah orang lain atas nama agama.

Untuk itu kita tidak usah melihat apakah kita lebih baik dari orang lain atau tidak. karena ketika kita beribadah (apapun agama anda), kita tidak menerima receipt (tanda terima) dari malaikat Rokit "Wahai si fulan sholat anda pada jam 1.30 pada hari senen, telah diterima dengan minor revision".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun