Pertanyaan ini mungkin banyak menghinggapi mereka yang merasa aneh karena beberapa kelakuan orang orang yang terlihat beragama tapi masih melakukan tindak tindak yang kurang sepatutnya, misalnya korupsi, manipulasi, intimidasi atau si si lainnya. Lebih lebih setelah marak dilakukan tindak kekerasan dan memaksakan kehendak atas nama agama.
Kalau saya mah sih simple, Agama yang paling benar adalah agama yang bisa dimengerti dan pahami oleh umatnya, di sampaikan dengan cara yang indah, serta dipraktekkan secara seksama dalam bingkai menjunjung tinggi rasa kemanusiaan
refleksi diatas adalah bentuk pemahaman saya atas hadist  "al imanu huwa tasdiqul qolbi wal iqroru bilisan wal amalu bil arkan"
Apakah Hadist ini hanya berlaku bagi umat Islam? mari kita simak lebih lanjut.
Hadis ini seolah mengungkapkan bila segala sesuatu (ajaran) yang dipahami, dimengerti seharusnya membawa implikasi kesatuan gerak dan napas dari amalan lahir maupun bathin walaupun hubungan keadaannya terlihat (agak) terpisah (satu dihati, satu diamalan sehari hari).
Lebih detail hadis diatas memiliki tiga unsur
Pertama "tasdiqul qolbi": memantapkan pemahaman atas value (nilai) yang di yakini. Pemantaban atas pemahaman atas value ini membawa pengertian dan pemahaman yang komprehensif atas nilai yang dipercaya (agama), sehingga melandasi proses berfikir seseorang.
Setelah proses berfikir terstruktur dengan pemahaman nilai ini (Agama), maka masuklah pada unsur kedua yaitu "iqroru bilisan": pemantulan dari pemikiran yang dilandasi oleh nilai nilai yang dimengerti kedalam bentuk penyampain kepada orang lain. Penyampaian kepada orang lain ini bisa dalam bentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan misalnya: ucapan, pidato, diskusi atau gunjingan. Bentuk tulisan misalnya: naskah akademik di Journal, artikel di majalah atau koran, status di media sosial dan lain sebagainya. Kadang kala bentuk penyampaian yang kurang memiliki nilai nilai keluhuran pekerti (baca: Agama) atau informasi yang kurang valid dan tidak terukur maka akan menghasilkan bentuk penyampaian yang cenderung mendiskriditkan pihak pihak yang tidak sepahaman atau parahnya akan mudah sekali mengembar ngemborkan ujaran kebencian dan informasi hoax.
Ketiga "amalu bil arkan"; Mengamalkan apa yang dipahami dan apa yang diucapkan (baik lisan dan tulisan) dalam laku perbuatan yang menjunjung tinggi kemanusiaan
Sehingga dari sini terlihat tidak aneh bila ada seorang yang bersorban atau memakai rosario ditangan tiap hari, pergi ke klenteng rutin dan melakukan berbagai macam ritual harian mingguan, bulanan, tahunan yang beraneka ragam, namun kelakuannya masih membikin orang lain sakit hati (mencaci dan mengungkapkan kata kata kasar di podium), melakukan korupsi kitab suci atau pun melakukan kesepakatan jahat lainnya. Atau malah dibelahan bumi lainnya banyak oarang orang yang saling bunuh dan menghalalkan darah orang lain atas nama agama.
Untuk itu kita tidak usah melihat apakah kita lebih baik dari orang lain atau tidak. karena ketika kita beribadah (apapun agama anda), kita tidak menerima receipt (tanda terima) dari malaikat Rokit "Wahai si fulan sholat anda pada jam 1.30 pada hari senen, telah diterima dengan minor revision".