Perlu di catat. Perubahan nama dari Kalingga menjadi Mataram atau Bumi mataram tak pernah mutlak di proklamirkan seperti "Tarumanegara menjadi Sundapura"—makanya dalam hal ini timbul banyak spekulasi dari para peneliti. Akan tetapi, jika kita mengacu pada prasasti "mantyasih" bahwa pendiri Medang i Bumi Mataram adalah Sanjaya, maka Wangsa saylendra bisa diterka adalah penguasa lanjutan dari kerajaan Kalingga. Karena Sanjaya adalah pndirikan Medang i Mataram adalah tanah warisan dari Buyutnya Ratu Sima, Ratu Kalingga.
Dalam hal lain, juga para ahli sejarah banyak perbedaan penafsirkan tentang Raja-raja yang pernah memimpin Mataram
1) pendapat Bosch yang mengatakan: raja-raja yang termuat dalam prasasti mantyasih adalah daftar Raja-raja dari wangsa Sanjaya.
2), pendapat Slamet Muljana yang menyangkal: dan berpendapat jika daftar Raja-raja tersebut adalah daftar Raja yang pernah berkuasa di Mataram. Yang artinya, bisa saja penguasa tersebut dari Wangsa Sanjaya juga bisa dari wangsa Saylendra.
Pendapat Slamet muljana di kuatkan dengan catatan yang ada, pada prasasti Kalasan. Namun saya sendiri sependapat dengan Bosch van naerssen, jika kedua wangsa itu berdampingan. Adapun masa-masa kejayaannya memang saling bergantian akan tetapi bukan berarti saling jatuh dan mengalahkan—tetapi tetap berada pada tempatnya dan exsis berkuasa pada masing-masing pemerintahannya.
Juga seperti yang saya singgung dalam tulisan sebelumnya jika kata-kata "Bumi-Mataram" adalah bukan nama Kerajaan akan tetapi merupakan sebutan untuk "Tanah Jawa" pada waktu itu, yang artinya sama dengan sebutan "Bumi-Jawa". {Dan, memang kata-kata 'Jawa' itu sendiri sampai sekarang belum diketahui—kapan pertama kali muncul istilah tersebut. Tidak seperti kata-kata "Sunda" yang memang jelas kapan pertama kali disebut} maka, sangat jelas kiranya jika Wangsa sanjaya berkuasa dengan kerajaan Medang i Bumi Mataramnya seperti tercatat dalam berbagai prasasti dan wangsa Saylendra berkuasa dengan kerajaan atas terusan dari Kalingga. Dan, jika keduanya menyebut sama-sama "Mataram"—itu artinya bahwa Mataram-red adalah nama Buminya bukan kerajaannya. Mengapa demikian? Karena, disitu banyak prasasti yang tersebar dipelosok Jawa Tengah dari jepara, Jogja sampai ke pekalongan yang menandakan bahwa mereka memimpin secara berkesinambungan dengan tempat yang berbeda-beda [meskipun wangsanya sama].karena penyebut nama Mataram atau Medang pun—dengan sebutan yang berbeda-beda pada tiap masa kepemimpinan seorang Raja dengan Raja yang lainnya. Contoh: pada zaman Rakai Pikatan menyebutnya "Medang mamrati i Bumi Mataram" artinya Madang waktu itu bertempat di daerah Mamrati dan demikian pula zaman Dyah Balitung menyebutnya "Madang i poh Pitu" yang pusat kotanya berada di Poh Pitu dan sebagainya.
Sedangkan Raja-raja selanjutnya 'setelah yang saya sebut pada tulisan sebelumnya' adalah Mataram dalam periode baru. Mengapa saya namakan Mataram periode baru, Karena Rakai Pikatan (raja dari wangsa Sanjaya) memperistri Pramoda Wardani putri Samaratungga yang juga pewaris tahta Dinasti saylendra. Dengan kata lain kedua Wangsa yang bermusuhan tersebut dapat disatukan dalam satu Kerajaan. Adapun pembangkangan terjadi, karena Samaratungga punya dua putra pewaris tahta. yakni Bala Putra Dewa anak dari perkawinannya dengan seorang putri dari Sriwijaya—yang tak menerima atas perkawinan dan penyatuan dua tahta tersebut—Akhirnya ia pun membrontak dan mengambil alih tahta wangsa Saylendra dari tangan Pramoda wardhani. Namun, hanya sekejap sampai akhirnya Bala Putra Dewa dikalah Rakai Pikatan, suami dari Pramoda Wardhani. Dan, Bala Putra Dewa pun melarikan diri ke negri kakeknya, Sriwijaya. Selanjutnya Mataram era baru tersebut adalah:
7.Rakai Kayu wangi 856-882
8.Rakai Watuhumalang 882-899
9.Rakai Watukura Dyah Balitung 899-915
10.Mpu Daksa 915-919
11.Rakai Layang Dyah Tulodong 919-921
12. Rakai Sumba Dyah Wawa 921-928