Mohon tunggu...
Muhamad Ikbal
Muhamad Ikbal Mohon Tunggu... -

wayang yg sdang di peragakan dalam balutan cermin dgn menampakan topeng untuk memerankan apa yg harus di lakukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ternyata Aku adalah Mereka, Lalu di Mana dan Siapa Aku?

2 Maret 2012   04:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di jembatan itu aku mulai berjalan. Tebing yang ada membuat perasaan takut seolah ingin jadi penguasa. Dan keyakinan pun menyingkirkan rasa takut yang akan selalu menghambat. Sampai di suatu tempat yang belum pernah di datangi. Suasana yang begitu asing dan tak bersahabat hadir disana. Mulai kembali menyusuri jalan yang dipenuhi dengan semak-semak. Terik panas nya matahari yang tertutupi pohon-pohon rindang. Hembusan angin yang mengmbil rasa lelah dan membuat susana tersa lebih santai. Memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan bersender di balik sebuah pohon. Saat aku akan mulai merasakan kenyamanan, tiba-tiba terdengar suara yang seolah bertanya padaku.

Suara     : “Sedang apa kau disini? “

Aku        : “siapa kamu dan dimana kamu ? ”

Suara     : “Aku adalah kamu, dan kamu bukan lah aku. “

Aku        : “Apa maksudmu? Sebenarnya dimana kamu ? suara mu ada tapi wujud mu tak ada. “

Suara     : “Kamu yang membawa ku kesini, kenapa kamu yang bertanya padaku ? ”

Aku        : “ Tunjukan wujud mu ! Aku semakin bingung dengan semua perkataan mu. “

Suara     : “aku tak akan terlihat olehmu, selama kamu masih percaya pada mereka. “

Aku        : “Mereka ? Mereka siapa maksudmu? “

Suara     : “Mereka yang bilang kalau kamu harus pergi kesini, mereka yang bilang kalau kamu harus  percaya pada dirimu sendiri, mereka yang bilang kalau kebaikan adalah hal yang di utamakan, mereka yang bilang kalau buruk adalah hal yang harus dihindari, mereka yang bilang kalau sakit itu salah, mereka yang bilang sehat itu adalah berharga. “

Aku        : “Sudah cukup, apa sebenarnya maksud mu berkata seperti itu ?

Suara     : “Mereka telah menutupi siapa sebenar nya kamu.”

Aku        : “Aku semakin bingung dengan semua perkataan mu.”

Suara     : “Mereka bak kabut yang seolah selalu menyelimuti dirimu.”

Aku        : “Siapa sebenar nya mereka?”

Suara     : “Seperti yang sudah kubilang tadi tentang mereka, mereka lah yang membentuk mu seperti sekarang. Tanpa kamu sadari, kamu akan terus berlaku seperti sebuah boneka. Mereka akan terus menutupi dirimu yang sebenarnya agar tidak pernah tampak. “

Aku        : “Aku tak pernah merasa seperti sebuah boneka, semua apa yang aku lakukan adalah keinginanku. Aku senang melakukannya. “

Suara     : “Coba lihat dirimu sekarang, lihatlah dirimu saat kamu melakukan semua yang kamu lakukan. Lihatlah dengan mata dan pikiranmu bukan dengan hatimu. “

Aku        : “Siapa sebenarnya kamu ? kenapa kamu begitu ingin menunjukan kalau mereka itu salah. “

Suara     : “Aku bukan ingin menunjukan mereka itu salah, karena tak pernah ada yang salah dengan semua ini. “

Aku        : “Lalu kenapa? “

Suara     : “Aku adalah kamu yang tertutupi oleh mereka. “

Dan Suara itu pun hilang entah kemana, tanpa sadar ternyata aku tak sengaja tertidur di balik pohon itu. Aku mulai terdiam sejenak dan mulai mengartikan tentang apa yang ingin di artikan oleh suara tadi. Yang bisa kudapat seolah suara tadi ingin menunjukan kalau selama ini aku bukan lah aku, tapi aku adalah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun