Mohon tunggu...
Muhamad Ikbal
Muhamad Ikbal Mohon Tunggu... -

wayang yg sdang di peragakan dalam balutan cermin dgn menampakan topeng untuk memerankan apa yg harus di lakukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

cuma diri kamu yang tahu

28 Februari 2012   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jendela itu sedikit terbuka, kenapa kau tak tutup saja agar angin di luar tak masuk kedalam ? angin itu selalu membawakan apa yang kita harapakan, kenapa harus di halangi kedatangannya. kau ini aneh, apa yang dibawakan angin untuk kita selain hembusan kosong tanpa arti ? rasakan lah, tanpa sadar tubuh mu tau apa yang ingin angin artikan kepada mu. Ah sudah lah, berbicara padamu tak akan ada habisnya. Kenapa kau tak coba bertanya pada dirimu, hatimu dan pikirmu tentang angin yang ingin mengartikan sesuatu kepadamu ? Apa untung nya buatku, itu sama sekali tidak penting. Coba liat kacang itu, apa yang dapat kau perhatikan ? Hanya sebuah kacang, kurasa tak ada artinya. Coba kau perhatikan lagi, disana ada satu hal yang bisa kau artikan. Itu hanya kulit yang membungkus kacang didalamnya, selebihnya terlihat biasa saja. Lalu apa yang kau lihat dari cermin itu ? Hanya ada bayangku disana, bukan kah itu tak ada masalah ? Kacang dan cermin itu hanya bagian dari sebuah contoh. Contoh apa ? Contoh dari apa yang ingin kamu artikan. Dari tadi perkataan mu selalu berbelit, sudahlah ini sudah cukup.

Tiang itu akan segera roboh, kenapa tidak ada yang memperbaiki nya ? Biarkan tiang itu memperbaiki dirinya sendiri. Apa kau ini sudah gila, sejak kapan tiang bisa memperbaiki dirinya sendiri ? Tali penyangga didalamnya selalu ada untuk nya, dia bisa tegak kembali dengan itu. Perkataan mu selalu sulit untuk di mengerti. Karena memang bukan untuk di mengerti, tiang yang rapuh dan akan segera roboh bukan berarti itu buruk. Bukan kah kalau tiang itu benar-benar roboh akan menghancurkan yang lainnya, apa nama nya itu kalau bukan buruk ? Buruk itu ada karena kita takut dengan hasil nya, tiang itu tak pernah menganggap dirinya buruk saat dia sedang rapuh. Semakin bingung aku memahami kata-katamu. Rasakan hembusan angin ini, dia akan membawa mu ketempatnya. Lalu bagaimana denga tiang nya ? Disana kau akan memukannya.

Kabut ini menghalangi pandanganku, apa yang bisa ku lihat dengan keadaan seperti ini ? Kau tak perlu melihat, karena lingkungan sekitarmu saat ini sedang membantu mu. Lagi, kau berbicara seolah kau tahu semuanya. Kabut itu sekilas hanya menghalagi pandangan, tapi berpengaruh untuk pikir dan hatimu. Kurasa tak ada masalah dengan kabut yang menghalangi pandangan ini. Memang itu bukan masalah, sama seperti saat kamu melihat kacang, cermin dan tiang itu. Memang kenapa dengan itu semua ? Sama seperti lingkungan sekitar mu, itu semua kini sedang membantu mu. Bantuan untuk apa ? Cuma diri kamu sendiri yang tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun