Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mereka Makan Bersama di Istana, Kita Makan Apa?

6 November 2023   12:31 Diperbarui: 6 November 2023   12:49 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka Makan Bersama di Istana, Kita Makan Apa?

Mereka makan siang bersama di istana, kita makan apa?
Mereka bilang menu istana sangat lezat, kita mau bilang apa? 

Mereka bilang, ada Nasi Putih, Soto Lamongan, Kaylan Cah Sapi, Sapi Lada Hitam, Ayam Kodok, Bebek Panggang, Cumi Goreng, udang Goreng, es Laksamana Mengamuk dan es jeruk. Itu makanan apa? rasanya bagaimana? Dan aku harus bagaimana?

Piring piring telah kosong, perut kenyang, mereka bergegas pulang disambut wartawan. Mereka bilang makan siang ini penting, sebagai simbol kerukunan politik dan kekuasaan. Dan mereka  terkekeh kekeh. Aku harus komen apa? 

Lalu aku harus bagaimana? Bilang wow, gitu? Ah, aku matikan saja Breaking News televisi tentang prosesi makan siang istana ini.

Sudahlah. Ayo kita makan siang, pak. Ujar suara lembut istriku, dan ketiga anak kami. Baiklah kalau begitu, ujarku. Kita punya apa?

Kita punya, sebakul nasi, sambal terasi, karedok, lalapan, tempe goyeng, teri goyeng, dan es jiyuk. Ujar putri bungsu kami, yang pelafalan lidahnya agak cedal. Dan kami pun tertawa.

Lalu prosesi makan siang di sebuah rumah mewah (mepet sawah) desa itu, berjalan sempurna. Kami makan dengan lahap dan penuh cinta.

Kita makan bersama dengan hati yang Ikhlas di gubug bambu sederhana. Tidak lagi penting menu yang terhidang apa. Sebakul nasi telah ludas, bahkan es jiyuk tak bersisa tandas di dasar gelas. Dan kita pun tertawa.

Lereng Merapi, Sawangan 6/11/2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun