Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dan Kita pun Tertawa

22 Juli 2023   00:08 Diperbarui: 22 Juli 2023   05:22 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Kita pun Tertawa 

Kawan lama tiba dari mana saja, menjinjing sekeranjang rindu dan cerita, sebagai menu suatu pesta yang kita rayakan bersama

Bayangan kisah dan kenangan saling menerang bagai kunang kunang, mewarnai wajah wajah sumringah, kawan kawan lama tiba membawa buku setebal kitab, berisi kisah seru: berjuang di ujung ombak, terhempas tebing karang, melintas badai, lalu melandai di dermaga pantai compang camping. Dikisahkan penuh gembira. Dan kita pun tertawa

Perjalanan panjang mendedah rahsa, sedih dan gembira sama saja asyiknya. Dan kita tertawa, menertawai nasib yang pergi malu-malu, berlalu lucu lucu terbalut oleh waktu

Sesekali serasa wagu, sehingga kita getir menyeringai, mendengar kisah kawan lain bergulat maut, berulang tergulung ombak dan terhempas di tebing  karang lautan. Tak pantas menertawai, itu kisah kawan sendiri

Para kawan lama mengelindan rasa, tentang jalan yang musti ditempuh, tanpa iringan bayang bayang, terkadang terang terkadang gelap menyertai, silih berganti, bagai pendulum nasib berayun tak tentu

Namun pantang derai airmata, sebab para guru mengajarkan dari dulu, bahwa tak ada ruang bagi duka yang panjang, sebab waktu terus bergulir, diisi warna hidup bagaimana ya terserah kita, kata kawan lama sambil tertawa. Dan berderailah tawa kita

Kawan kawan berkisah, sesekali di balik senyuman tipis, tersembunyi kesedihan menyayat luka. Namun bersegera sebagian kawan lain menggandeng tangan, menguat rasa

Dan kita berusaha tegar, menyimpan dan merawat luka di ruang terdalam, sehingga kenangan rasa tersayat tak sempat menusuk jiwa. Dan kita pun tertawa

Sesekali tertawa pilu, mendengar kisah satu dua kawan lebih dulu berpulang menjemput malam. Tenteramlah jiwa jiwa, bersemayam dalam keabadian kawan, kata kami beriringan. Maka kata kata mengalir, melarung harum bagai wewangian doa doa

Kawan kawan tiba mengudar rasa. Tertawa bersama adalah katarsis, agar tegar menjalani. Walau badai menghadang, derai tawa kita mewarnai, merawat hidup penuh semangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun